Sebenarnya sudah telat banget untuk membahas hal ini karena KRL baru buatan Tiongkok produksi dari CRRC ini sudah dinas sejak sekitar bulan Juni 2025 yang lalu. Tapi karena hal ini belum saya bahas di blog ini jadi saya rasa perlu untuk membahasnya juga. Karena di tahun 2025 ini ada banyak sekali dinamika dan perubahan terkait armada KRL yang digunakan untuk layanan KRL Commuter Line belakangan ini. Mulai dari pensiunnya KRL lawas buatan Jepang seperti Tokyu 8500, TM 7000, dan JR 203, hingga rencana dioperasikannya KRL buatan INKA terbaru (CLI-225).
Untuk itu dalam konten kali ini, saya mau bahas soal pengalaman sekaligus review terkait KRL CRRC CLI-125 yang sudah dinas. Pembahasan kali ini hanya menyangkut terkait pengalaman naik kereta baru dari CRRC ini, tidak membahas lebih jauh hal-hal yang sifatnya teknis.
Sekilas Tentang KRL CRRC CLI-125

KRL CRRC CLI-125 merupakan salah satu armada KRL Commuter Line yang dioperasikan oleh KAI Commuter saat ini. Kereta ini diproduksi dan dibuat di Tiongkok, tepatnya di pabrik CRRC Qingdao Sifang sejak tahun 2024-2025.
KRL ini memiliki nomor seri SFC 120-V dari CRRC. Sementara KRL ini juga memiliki penomoran seri yang lain yaitu CLI-125 dari internal KAI Commuter. Jadi jika ada yang menjawab KRL CRRC ini nomor serinya SFC 120-V atau CLI-125, dua-duanya benar.
Total sudah ada 11 set rangkaian (trainset) yang sudah diproduksi dan dioperasikan saat ini. Dimana dalam 1 rangkaian terdiri dari 12 kereta. Sehingga total kereta dalam KRL CRRC ini adalah sebanyak 132 kereta.
Rangkaian KRL CRRC ini terbuat dari bahan stainless steel atau baja nirkarat, memiliki sistem traksi IGBT-VVVT Inverter, menggunakan coupler berjenis Shibata, dengan lebar sepur 1.067 mm. KRL ini bisa dipacu hingga kecepatan maksimal 120 km/jam.
Saat ini KRL CRRC ditempatkan di Dipo KRL Depok serta Bukit Duri, dan berdinas di jalur atau Lin Bogor dan Lin Bekasi/Cikarang (loop line). Sempat juga diujicobakan di Lin Rangkasbitung namun belum resmi berdinas di jalur tersebut.
Desain KRL Baru

Dari segi bentuk dan desainnya, sudah terlihat sangat jelas perbedaan antara KRL Jepang terdahulu dengan KRL baru dari Tiongkok ini.
Di bagian depan dari KRL baru ini terlihat lebih “jenong” mirip ikan louhan kalau kata orang-orang. Bentuknya mencembung dan tidak flat seperti KRL Jepang kebanyakan. Dari sisi samping juga demikian. Di KRL baru ini ada sedikit lengkungan pada bagian badannya. Berbeda sekali dengan KRL Jepang seperti JR 205 yang bentuknya flat, lurus dan lebih kaku.
KRL ini menggunakan cowcatcher yang berwarna merah. Kaca pada bagian ujung depan dan belakang kereta tidak dipasangi teralis. Adapun lampu bagian ujung kereta ini punya desain yang elegan dan memberikan kesan mewah.
Dalam satu kereta terdiri dari empat pintu kereta di setiap sisinya, baik sisi kiri maupun kanan. Sehingga total ada delapan pintu kereta secara keseluruhan. Pantograf yang digunakan berjenis single arm atau tunggal.
Bagian yang terasa berbeda dari KRL ini yaitu bagian kacanya. Dibandingkan dengan kaca di KRL Jepang, kaca di kereta ini lebih kecil dan terdapat lengkungan di setiap sudutnya. Kalau di KRL Jepang bentuknya persegi panjang tanpa lengkungan dengan kaca yang lebih lebar. Adapun di bagian paling ujung kereta, terutama di area kursi prioritas, tidak terdapat kaca yang terpasang di bagian dinding kereta.
Secara umum KRL yang satu ini bisa dibilang sebagai salah satu KRL dengan standar dan spesifikasi metro atau kereta khusus dalam kota seperti subway dan sejenisnya. Tak heran beberapa orang bilang setelah naik KRL yang satu ini rasanya seperti abis naik kereta metro, padahal kereta ini digunakan untuk komuter antar kota urban dan suburban.
Livery yang Digunakan

Livery yang dipakai pada KRL ini memiliki warna dasar abu-abu, hitam, dengan corak merah dan putih yang sesuai dengan livery kereta KAI Commuter saat ini. Di bagian ujung kepala KRL memiliki warna dominan hitam dan abu-abu, serta merah dibagian sisi kiri dan kanan. Di bagian samping, terdapat corak warna abu-abu gelap, merah dan putih yang berbentuk miring yang memberikan kesan laju dan dinamis pada KRL ini.
Layar Informasi/PIDS (Bagian Luar)
Salah satu hal yang penting dalam sebuah KRL adalah adanya layar informasi yang menunjukkan tujuan akhir dari kereta. Di KRL buatan Tiongkok satu ini, terdapat layar informasi di bagian ujung depan dan belakang KRL yang meginformasikan nomor trainset beserta tujuan akhirnya. Dalam layar tersebut menampilkan informasi dengan tulisan seperti “006 Jakarta Kota”, dimana 006 merupakan nomor trainset-nya yaitu trainset ke-6, dan Jakarta Kota adalah tujuan akhir dari KRL tersebut.
Tidak hanya di bagian ujung kereta, di sisi samping KRL ini juga terdapat layar informasi yang menampilkan tujuan akhir atau destinasi dari kereta tersebut.
Interior

Nah, untuk interiornya ini menarik banget untuk diulas karena ada banyak sekali perbedaan interior pada KRL ini dengan KRL Jepang yang sudah ada saat ini. Terasa banget perbedaannya antara KRL buatan akhir tahun 80an-awal 90an dengan buatan tahun 2024 ini.
Dari kursinya, bisa dibilang KRL yang satu ini masih tergolong cukup empuk, meskipun tidak seempuk KRL JR-205. Bahan kursinya ini berbeda dibandingkan dengan kursi di kereta MRT Jakarta ataupun LRT Jakarta yang memiliki bahan yang lebih keras. Adapun susunan kursi prioritas di KRL ini berbeda dengan KRL lainnya. Di KRL CRRC ini, susunan kursi prioritas ada di bagian paling ujung kereta, serta di setiap sudut ujung kursi yang berlokasi dekat dengan pintu kereta. Kursi prioritas memiliki warna abu-abu pada sarung kereta. Sementara kursi biasa (non-prioritas) memiliki warna merah. Kursi prioritas yang terletak di bagian paling ujung kereta ini dapat dilipat (foldable), mirip seperti kursi di KRL JR-205 yang berpintu enam (six doors). Sarung kursi yang digunakan unik karena memiliki motif ondel-ondel dan tanjidor khas Jakarta.
Di bagian ujung kursi dekat pintu kereta, terdapat sekat yang dipasangi kaca dan terdapat logo “KAI Commuter” pada kaca tersebut.
Di bagian dinding dalam kereta, terutama di bagian ujung setiap kereta, menggunakan warna coklat yang lebih calm dan membuat tampilan dalam kereta menjadi lebih elegan.
Handgrip yang digunakan untuk berpegangan memiliki dua jenis warna. Di area non-prioritas, handgrip-nya memiliki warna hijau, sementara di area kursi prioritas memiliki warna kuning. Bentuk handgrip-nya segitiga dengan beberapa lekukan untuk menyesuaikan posisi jari saat berpegangan.
Untuk lantai, KRL ini memiliki dua jenis warna dengan gradasi warna yang berbeda yaitu abu-abu gelap dan abu-abu muda.
Adapun rangkaian kereta ini menggunakan sambungan jenis akordeon di setiap keretanya. Sehingga tidak terdengar dan terasa suara berisik yang keluar saat kereta dalam perjalanan. Di bagian persambungan kereta atau bordes, tidak terdapat pintu geser yang membatasi kereta yang satu dengan yang lain seperti KRL lama dari Jepang. Dekat persambungan kereta atau bordes, terdapat sebuah area dengan sebuah “pintu” tersembunyi yang pada awalnya sempat disalahartikan oleh beberapa orang sebagai toilet karena memiliki sekat di bagian bawah, menyerupai pintu toilet. Sebenarnya area tersebut bukanlah toilet, melainkan area terkait sistem kelistrikan kereta.
Layar PIDS (Bagian Dalam)
Salah satu fitur yang paling saya sukai dari KRL baru ini adalah layar informasinya atau PIDS (passenger information display system). PIDS ini berfungsi untuk memberikan informasi terkait posisi kereta dan informasi lainnya kepada penumpang secara real-time sesuai dengan posisi kereta saat ini. Sebelumnya kereta yang sudah memiliki layar PIDS ini ada di MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek. Sementara pada KRL Commuter Line ini baru ada sepenuhnya di KRL CRRC ini.
Ada dua lokasi dimana layar PIDS di KRL CRRC ini berada. Pertama, layar PIDS ini ada di setiap sisi pintu kereta yang menampilkan informasi terkait jalur, pemberhentian selanjutnya, tujuan akhir, bahkan hingga urutan posisi kereta dimana penumpang berada saat itu. Informasinya sangatlah informatif dan membantu penumpang agar tidak salah naik kereta.
Kedua, selain di sisi pintu, terdapat juga layar PIDS di bagian atas dekat bordes atau persambungan kereta. Layar PIDS yang ini menampilkan informasi terkait suhu di dalam kereta, nomor kereta, dan lain-lain. Tapi kalau dilihat dari bentuk dan desain PIDS yang satu ini sekilas mengingatkan saya dengan layar PIDS yang ada di kereta cepat Whoosh. Dan kebetulan saja baik kereta cepat Whoosh dan KRL CRRC ini juga diproduksi oleh pihak yang sama yaitu CRRC. Sehinga dari desainnya saja tidak jauh berbeda.
Fasilitas

Untuk fasilitasnya, KRL CRRC SFC 120-V ini juga punya fasilitas yang lengkap. Ada alat pemadam kebakaran (APAR), palu pemecah kaca untuk kondisi darurat, AC sentral yang dingin, CCTV, stiker petunjuk dan informasi, papan khusus untuk spot iklan, dan lain-lain. Sejauh ini seluruh fasilitas tersebut masih dalam kondisi yang baik dan terawat, walaupun sudah digunakan untuk dinas penumpang saat jam sibuk (rush hour) sekalipun.
Review
Setelah bahas soal fasilitas, interior, eksterior, dan lainnya, sekarang giliran bahas soal review dan pengalaman saya saat naik KRL CRRC CLI-125 ini.
KRL ini sudah tiba di Indonesia sejak awal bulan Februari 2025 yang lalu dan saya sendiri baru pertama kali lihat langsung di awal bulan Maret 2025. Di bulan tersebut hingga akhir Mei 2025, KRL ini sudah melakukan berbagai jenis rangkaian uji coba sebelum pada akhirnya resmi berdinas di awal bulan Juni 2025 yang lalu.
Dan pada awal bulan Juni 2025 yang lalu, akhirnya untuk pertama kalinya saya berkesempatan untuk menjajal langsung naik KRL baru yang satu ini, dari stasiun Pondok Cina ke Bogor. Lalu setelah bulan Juni 2025 ini, saya jadi sering menjajal naik KRL yang satu ini dari satu tempat ke tempat lain.
Saat masuk ke dalam KRL ini, jujur saya takjub melihat interiornya yang begitu bagus dan kinclong. Ya memang karena keretanya masih baru dan kinyis-kinyis juga sih ya. Tapi ada satu hal yang paling saya suka yaitu jarak atau gap antara peron stasiun dengan KRL ini jaraknya pas dan tidak terlalu jauh seperti KRL buatan Jepang. Saat ujicoba lalu, bahkan ada kondisi dimana jarak antara peron stasiun dengan KRL ini terlalu dekat dan mepet, dikhawatirkan terjadi gesekan atau gasruk saat KRL ini berjalan melewati peron. Sehingga saat ujicoba lalu beberapa peron stasiun dilakukan penyesuaian peron untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut.
Untuk AC-nya, menurutku bisa dikatakan dingin, kadang dingin banget, kadang lumayan dingin. Berbeda dengan KRL Jepang yang masih bisa terlihat adanya flip atau kipas dalam AC sehingga bisa diketahui angin dari AC akan mengarah kemana, di KRL baru ini justru tidak terlihat. Jadi tidak bisa dipastikan udara dari AC tersebut akan mengarah ke area mana saja.
Terkait pintu KRL, disini ada satu bagian dan fitur yang menarik yaitu terdapat lampu indikator dibagian atas yang akan menyala berkedip-kedip saat pintu akan dibuka dan ditutup. Di KRL terdahulu, belum ada kereta yang memiliki fitur seperti ini. Lampu tersebut berfungsi untuk memberitahukan atau sebagai tanda pintu KRL akan dibuka atau ditutup. Lampunya berwarna kuning sehingga bisa terlihat dengan jelas oleh penumpang.
Tapi ada satu hal yang paling saya sukai di KRL ini yaitu kekedapan suaranya. Saat masuk ke dalam KRL ini, suara di luar termasuk suara saat KRL berjalan ini benar-benar senyap, kedap, dan berasa lebih hening ketimbang di KRL Jepang yang masih terasa berisiknya. Walaupun di KRL baru ini tidak terdapat pintu sekat penghubung antar kereta, suara di dalam KRL ini berasa begitu senyap sekali. Kurang lebih serupa dengan apa yang saya rasakan saat naik kereta cepat Whoosh.
Untuk suspensi sejauh ini jauh lebih nyaman dan tidak terlalu gemblodak seperti KRL lama. Guncangan relatif lebih stabil dan tidak terlalu menghentak saat KRL berjalan di kecepatan tinggi. Tapi ada satu hal yang perlu saya catat, terutama saat KRL baru ini berangkat dari stasiun Lenteng Agung ke Tanjung Barat saya merasa kalau bogie dari KRL ini seperti terlalu menekan rel di bawahnya, sehingga di titik tersebut KRL ini kecepatannya tidak bisa langsung digeber begitu saja. Soal akselerasi dan pengereman, KRL yang satu ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan KRL Jepang. Tidak terlalu kencang percepatannya dan tidak terlalu menghentak pengeremannya.
Lalu untuk chime dari pintu KRL ini saat akan membuka dan menutup juga jauh berbeda dibandingkan dengan KRL sebelumnya atau kereta lainnya seperti MRT, LRT Jakarta ataupun LRT Jabodebek. Di KRL ini terdapat dua jenis bunyi chime yang akan berbunyi saat pintu dibuka dan ditutup. Pertama yaitu suara “beep” yang akan berbunyi secara repetitif berulang-ulang kali. Bunyi beep ini akan keluar secara bersamaan saat lampu indikator pintu menyala saat akan dibuka dan ditutup. Kedua yaitu bunyi “ting tung ting tung” yang sayangnya tidak selalu keluar bunyinya saat pintu dibuka dan ditutup. Hanya pintu tertentu dan dalam waktu tertentu saja bunyi “ting tung” tersebut berbunyi. Bunyinya sendiri jelas sekali dan nyaring, tidak terlalu berisik.
Dari berbagai kelebihannya, ada beberapa hal yang menurut saya kurang suka di kereta ini. Pertama yaitu soal klakson keretanya yang terlalu keras, menggelegar, dan bisa bikin kaget. Suara klakson utamanya ini benar-benar keras, lebih keras dari klakson KRL JR-205, bahkan klakson lokomotif CC206 sekalipun. Kalau kalian berada terlalu dekat dengan posisi ujung kereta ini, ada kemungkinan kalian bakal kaget jika klakson utamanya dinyalakan. Mungkin kalian bisa pakai headset dengan fitur noice cancelling supaya suara klakson yang bakal didengar ini bisa diredam.
Selain soal klakson, hal lainnya yang kurang menurut saya yaitu soal kursinya yang kurang enak buat sambil nyender, terutama yang di sebelah tengah di area dekat kaca kereta. Biasanya kalau mau sambil senderan, di KRL JR-205 posisi kepala bisa menempel hingga ke jendela atau kaca KRL. Tapi di kereta CRRC yang satu ini agak sulit dilakukan kecuali dengan menutup hordengnya terlebih dahulu. Jika hordengnya tidak ditutup, terpaksa mendongakkan kepala agar bisa menempel dengan kaca kereta untuk menyenderkan kepala.
Kesimpulan: Lebih Bagus Daripada KRL Jepang?
So far, itulah pembahasan serta review dari saya terkait KRL CRRC CLI-125 atau SFC 120-V dari Tiongkok ini. KRL ini memang memiliki keunikan serta fitur yang baru dan menarik yang belum dimiliki oleh KRL terdahulu.
Walaupun di luar sana sempat ada beberapa pihak yang menyangsikan terkait kualitas dari KRL ini karena bukan buatan Jepang dan berasal dari Tiongkok (stereotip produk Tiongkok cepat rusak), menurut saya KRL dari CRRC ini termasuk bagus, lebih nyaman dan lebih baik jika dibandingkan dengan KRL lawas dari Jepang yang sudah ada.
Tapi memang tidak bisa dipungkiri karena KRL CRRC ini produksi tahun 2024 yang lalu. Sementara KRL dari Jepang sudah diproduksi sejak awal tahun 90an, tahun 80an, bahkan ada yang sudah sejak tahun 70an dan masih beroperasi hingga saat ini. Jadi ada gap teknologi antara KRL lama dengan KRL yang baru ini, dari desain dan bentuknya juga jauh lebih bagus untuk KRL yang baru ini.
Waktu itu juga sempat ada insiden di salah satu trainset KRL CRRC yang mengalami gangguan pada pendingin udara (AC), tapi semoga permasalahan tersebut bisa segera diatasi. Sejauh ini selama menggunakan KRL CRRC saat berangkat maupun pulang kerja, belum pernah mengalami permasalahan atau trouble sepanjang perjalanan.
Yang terpenting, semoga KRL CRRC CLI-125 ini bisa awet dan bertahan lama layaknya KRL Jepang yang ada saat ini.
Sebagai tambahan, kalian bisa juga tonton video di YouTube saya sebagai referensi tambahan.
Referensi:
Wikipedia: Kereta Rel Listrik Seri SFC120-V


