Stasiun Karet Akan Ditutup! Apakah Sudah Tepat?

Stasiun Karet di Jakarta yang akan ditutup bulan Februari 2025

Kali ini saya mau membahas soal transportasi publik lagi, khususnya KRL Commuter Line. Belakangan ini ada hal yang lagi hangat untuk dibahas yaitu soal stasiun Karet yang dikabarkan akan ditutup bulan Februari 2025 nanti. Padahal dari segi lokasi stasiun Karet ini memiliki lokasi yang sangat strategis.

Sebenarnya apa yang menyebabkan stasiun Karet ini direncanakan untuk ditutup dalam waktu dekat? Untuk lebih detilnya bisa dilihat pada konten saya di bawah ini.

Namun sebelumnya saya mau kasih disclaimer terlebih dahulu, pembahasan yang saya sampaikan pada tulisan ini merupakan opini pribadi, bukan opini dari pihak instansi, perusahaan, ataupun lembaga tertentu yang terkait. Opini ini bukan merupakan pandangan serta mencerminkan sikap ataupun pernyataan dari pihak terkait. Opini yang saya buat ini juga bukan merupakan opini dari para ahli atau subject matter expert (SME) yang ahli dibidangnya.

Sekilas Mengenai Stasiun Karet

Akses pintu masuk dan keluar stasiun Karet, Jakarta
Akses pintu masuk dan keluar stasiun Karet, Jakarta

Stasiun Karet merupakan salah satu stasiun yang ada di Jakarta, tepatnya berada di wilayah Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat.

Dikutip dari Wikipedia, stasiun Karet ini dibuka bertepatan dengan pembukaan segmen rel antara Manggarai-Tanah Abang pada tanggal 1 Agustus 1922, bersamaan dengan stasiun Mampang.

Stasiun Karet ini memiliki ketinggian 11 meter diatas permukaan laut (+11). Stasiun ini melayani perjalanan KRL Commuter Line lintas loop line dari atau menuju Bekasi maupun Cikarang, via Tanah Abang, Duri, Kampung Bandan, Manggarai, dan Jatinegara.

Lokasi Stasiun Karet

Dari segi lokasi, stasiun ini berlokasi di Jl. K.H. Mas Mansyur, Jakarta Pusat. Jl. K.H. Mas Mansyur merupakan salah satu jalan utama di Jakarta yang menghubungkan kawasan Sudirman dan Satrio dengan kawasan Karet hingga Tanah Abang.

Di sisi utara stasiun Karet terdapat kawasan pemukiman padat penduduk yang lokasinya cukup berdekatan dengan waduk Kebun Melati. Sementara itu di sisi selatan stasiun ini terdapat kali Banjir Kanal yang lokasinya mepet banget.

Stasun Karet dan area atau wilayah disekitarnya.
Stasiun Karet dan area disekitarnya. Bisa dilihat bahwa stasiun Karet ini sebenarnya punya lokasi yang sangat strategis dengan beberapa lokasi disekitarnya.

Stasiun Karet ini sebenarnya mempunyai lokasi yang sangat strategis. Dari stasiun ini, penumpang KRL bisa lanjut menuju ke TPU Karet Bivak, TPU Karet, mal Thamrin City, pusat perbelanjaan Tanah Abang, kampus LSPR, Bendungan Hilir (Benhil) hingga apartemen disekitarnya secara mudah dengan akses yang mudah dijangkau. Dari stasiun tersebut, penumpang KRL bisa melanjutkan dengan ojek online, bus, angkot dan moda transportasi lainnya untuk menuju ke tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya.

Moda Transportasi Umum Lainnya dekat Stasiun Karet

Sebagai salah satu stasiun KRL yang lokasinya strategis, stasiun terkait juga tentu harus didukung dengan moda transportasi umum lainnya untuk mendukung integrasi antar transportasi umum yang tersedia saat ini.

Ada banyak sekali moda transportasi umum yang aksesnya dekat dengan stasiun ini. Untuk bus, khususnya bus Transjakarta, ada bus dengan rute 8C (Tanah Abang-Kebayoran Lama). Selain rute 8C, ada juga rute 6K (Kuningan-Karet).

Kemudian untuk angkot, khususnya angkot Mikrotrans, ada angkot rute JAK 08 (Roxy-Benhil), JAK 09 (Roxy Mas-Karet), dan JAK 48A (Stasiun Tebet-Karet).

Selain transportasi umum di atas, bisa juga dengan naik ojek pangkalan ataupun ojek online (ojol) yang biasanya mangkal tak jauh dari stasiun ini.

Fasilitas Stasiun

Dari segi fasilitas, stasiun Karet ini bisa dikatakan tidak sesempurna ataupun selengkap fasilitasnya dibandingkan dengan stasiun lain seperti stasiun Sudirman ataupun stasiun BNI City.

Stasiun ini memiliki peron tinggi yang sayangnya masih memiliki celah peron atau gap yang cukup jauh dengan tinggi KRL. Sehingga diperlukan peron bancik untuk memfasilitas penumpang KRL agar lebih mudah untuk naik dan turun dari KRL di stasiun Karet ini.

Adapun peron dari stasiun terkait juga belum cukup untuk menampung rangkaian KRL dengan stanformasi 12 kereta (12 SF). Sehingga ada sekitar dua kereta yang tidak mendapatkan peron saat KRL berhenti di stasiun ini jika rangkaian keretanya sepanjang 12 SF.

Peron stasiun, baik di sisi utara maupun selatan juga bisa dibilang lebih sempit dibandingkan dengan stasiun pada umumnya. Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan datang ke stasiun ini dan memang peronnya ini sempit banget untuk ukuran saat ini. Untuk menyeberang ke peron sebelah, penumpang KRL harus melalui penyeberangan sebidang terlebih dahulu. Kurang lebih mirip seperti di stasiun Universitas Indonesia.

Sebagian besar peron, baik peron utara arah Tanah Abang maupun peron selatan arah BNI telah ditutupi dengan kanopi. Namun masih terdapat beberapa bagian peron yang belum tertutup dengan kanopi, terutama pada sisi paling timur stasiun yang peronnya masih menggunakan peron bancik.

Untuk fasilitas toilet hanya tersedia di sisi peron selatan dari stasiun ini. Toiletnya sendiri berukuran kecil dan jalan menuju ke toiletnya juga menurun.

Terdapat beberapa tenant yang berlokasi di stasiun ini. Pada unpaid area terdapat beberapa tenant yang salah satunya yaitu tenant dari salah satu roti. Lalu pada paid area, terdapat salah satu minimarket di dalam area stasiun.

Stasiun Karet Mau Ditutup?

Di awal tahun 2025 ini, pengguna KRL dihebohkan dengan kabar yang bisa dibilang kurang mengenakkan karena ada rencana bahwa stasiun Karet akan ditutup. Rencana penutupan stasiun tersebut sebenarnya sudah direncanakan sejak stasiun BNI City beroperasi. Ditutupnya stasiun KRL Karet ini dilakukan bukan karena tanpa alasan.

Dikutip dari berbagai sumber yang saya baca serta berdasarkan pengamatan langsung saya di stasiun ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan stasiun tersebut mau ditutup. Berikut adalah beberapa alasan mengapa stasiun Karet direncanakan untuk ditutup dalam waktu dekat.

1. Jaraknya Terlalu Dekat dengan Stasiun BNI City

Ujung timur stasiun Karet yang jaraknya berdekatan dengan stasiun BNI City
Ujung timur stasiun Karet yang jaraknya berdekatan dengan stasiun BNI City

Alasan yang paling utama yaitu karena jarak stasiun yang terlalu berdekatan dengan stasiun BNI City.

Jarak antara sisi timur dari stasiun Karet dengan sisi barat stasiun BNI City sangat berdekatan. Bahkan bisa dibilang hampir menempel dengan stasiun sebelahnya. Jaraknya bahkan kurang dari 100m. Jadi dengan adanya dua stasiun kereta yang jaraknya sangat berdekatan ini menyebabkan perjalanan kereta menjadi tidak efisien.

2. Tidak Muat untuk Rangkaian KRL 12 SF

Saat ini, rangkaian KRL yang melintas untuk jalur lingkar (loop line) dari Bekasi/Cikarang via Manggarai, Tanah Abang dan Kampung Bandan umumnya menggunakan rangkaian KRL dengan stamformasi 10-12 kereta (10 SF atau 12 SF).

Sayangnya untuk stasiun Karet ini, peron stasiun tidak dapat menampung rangkaian KRL yang berstamformasi 12 SF. Alhasil terdapat dua kereta paling ujung yang tidak mendapatkan peron. Sehingga penumpang KRL yang berada di dua kereta paling ujung tersebut mau tidak mau harus pindah ke kereta sebelahnya. Dan tentu saja hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang KRL karena harus berpindah ke kereta sebelah. Terlebih saat jam sibuk (rush hour), penumpang akan sulit untuk berpindah ke kereta sebelah jika kondisi di dalam KRL sudah terlalu penuh.

3. Peron Terlalu Sempit dan Rendah

Peron bancik di sisi timur stasiun Karet yang sempit
Peron bancik di sisi timur stasiun Karet yang sempit

Beberapa waktu lalu, saya menyempatkan datang langsung ke stasiun Karet ini untuk melihat seperti apa kondisi dari stasiun tersebut. Saya menyempatkan foto-foto sebentar di stasiun untuk mengabadikan kondisi stasiun ini, bahkan saya sempat dicurigai dari petugas keamanan stasiun karena sempat dikira mau turun lewat ujung timur stasiun (padahal saya penumpang bertiket kok).

Sebenarnya saya sudah pernah ke stasiun ini sekitar 2-3 tahun yang lalu. Namun tidak terlalu banyak perubahan yang signifikan dari stasiun ini dengan kondisi yang sekarang, terutama dari segi peron stasiunnya.

Sebenarnya stasiun ini sudah dilakukan pemanjangan ke timur dengan menggunakan peron bancik untuk memfasilitasi rangkaian KRL berstamformasi 10 SF. Akan tetapi area dari peron bancik tersebut sangat mepet dan sempit sehingga dari segi kenyamanan dan keamanan bagi penumpang KRL sangatlah kurang. Dan cukup membahayakan apabila terdapat kereta yang melintas langsung terutama KA Bandara Soekarno-Hatta (KA Bandara SHIA).

Sebenarnya tidak hanya peron bancik yang dipermasalahkan, tetapi juga pada peron eksisting yang ada. Peron eksisting (di luar peron bancik) dari stasiun ini juga dirasa terlalu sempit dan tidak memadai lagi sebagai tempat bagi penumpang KRL untuk menunggu kereta. Dan bisa dikatakan untuk peron eksisting di stasiun Karet ini sebenarnya sudah tidak sesuai dengan standar yang ada saat ini.

Selain itu, dari segi tinggi peron yang ada saat ini, terdapat gap yang cukup jauh antara peron eksisting dengan KRL yang digunakan. Karena gap antara lantai KRL dengan tinggi peron tersebut cukup besar, maka peron di stasiun tersebut dilengkapi dengan peron bancik untuk memfasilitasi serta memudahkan penumpang KRL untuk naik dan turun, seperti yang dilakukan di stasiun Tebet. Tapi tetap saja itu bukan hal yang ideal. Idealnya adalah antara peron dengan lantai KRL itu sama tingginya dan tidak terdapat beda gap ketinggian seperti di moda transportasi MRT ataupun LRT.

Perbedaan tinggi antara peron dengan KRL tersebut memunculkan risiko penumpang jatuh di area peron stasiun sehingga keselamatan penumpang KRL pun jadi terabaikan.

Kalau pun dilakukan peninggian peron secara permanen, bukan dengan peron bancik, hal tersebut justru bisa mengakibatkan terhambatnya mobilitas ataupun kelancaran pergerakan alur penumpang KRL di stasiun Karet ini. Karena pasti ada beberapa bagian peron yang ditutup karena peninggian peron tersebut. Terlebih lagi peron stasiun tersebut juga sudah tergolong sempit sekali.

4. Menimbulkan Kemacetan di Jalan K.H. Mas Mansyur

Alasan lain dibalik rencana penutupan dari stasiun Karet ini yaitu terkait kemacetan di Jl. K.H. Mas Mansyur.

Banyaknya penumpang yang naik dan turun dari stasiun Karet ini tak kerap membuat beberapa transportasi umum terutama angkot konvensional maupun ojek mangkal atau ngetem tepat di depan pintu masuk dan keluar stasiun, untuk mendapatkan penumpang. Hal tersebut selanjutnya menyebabkan kemacetan panjang dekat stasiun ini. Belum lagi PKL ataupun pedagang yang suka mangkal dekat area stasiun juga menimbulkan kepadatan lalu lintas di sekitar stasiun.

Tidak hanya itu, tidak jauh dari perlintasan sebidang stasiun Karet ini juga terdapat persimpangan lampu merah dimana pengendara mobil dan motor tidak hanya menunggu untuk lampu merah saja, tetapi juga harus menunggu kereta yang lewat di stasiun Karet.

Belum lagi jumlah kereta yang wara-wiri dan melintasi perlintasan sebidang dekat stasiun ini setiap harinya. Tidak hanya KRL Commuter Line saja yang lewat, tapi ada juga KA Bandara, hingga kereta barang. Lalu lintas kereta di lintas antara Tanah Abang-Manggarai sudah semakin padat sehingga perlintasan sebidang dekat stasiun ini juga semakin sering membuka ataupun menutup.

5. Optimalisasi Perjalanan KA Bandara

Salah satu alasan yang menyebabkan stasiun Karet ini akan ditutup adalah untuk optimalisasi perjalanan KA Bandara.

Saat ini, KA Bandara melayani penaikkan dan penurunan penumpang di stasiun BNI City. Setelah stasiun Karet nantinya ditutup, diharapkan durasi perjalanan KA Bandara akan menjadi lebih singkat menjadi sekitar 40 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya yang membutuhkan waktu sekitar 50 menit.

Direncanakan juga KA Bandara nantinya akan berhenti di stasiun Sudirman untuk memudahkan integrasi antar moda transportasi umum, seperti LRT.

Semua Gara-gara Stasiun BNI City

Stasiun BNI City di tahun 2019
Stasiun BNI City di tahun 2019

Jadi kenapa sih, tiba-tiba ada yang ngide agar stasiun Karet ini harus ditutup? Dari semua alasan yang telah disebutkan di bagian atas, sebenarnya ada salah satu hal yang bisa dibilang sebagai kambing hitam dari rencana penutupan stasiun tersebut yaitu terkait perencanaan pembangunan stasiun BNI City yang bisa dibilang kurang matang atau terlalu dipaksakan.

Sebelum membahas soal stasiun BNI City, ada baiknya saya bahas sekilas soal rute KA Bandara terlebih dahulu. Sebenarnya soal rencana penentuan rute KA Bandara ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (SHIA) ini sudah dibahas beberapa tahun lalu. Ada opsi rute melalui jalur KRL eksisting (via jalur Tangerang) dan ada opsi melalui jalur baru (via Pluit, PIK, Kamal). Tapi pada akhirnya yang dipilih adalah melalui jalur eksisting (via jalur KRL Tangerang) yang kemudian ditambah dengan perpanjangan rel baru dari Batuceper ke Bandara SHIA. Keputusan penentuan rute KA Bandara yang melalui jalur KRL Tangerang ini telah menimbulkan kekecewaan, khususnya bagi komuter KRL dari Tangerang dan pinggiran Jakarta Barat. Karena dengan adanya KA Bandara tersebut telah menyebabkan pengurangan jadwal KRL Commuter Line di jalur Tangerang.

Untuk rute KA Bandara tersebut, kemudian ditetapkan rutenya dimulai dari stasiun Manggarai, via Sudirman, Tanah Abang, Duri, Batuceper, dan Bandara SHIA. Mengapa dimulai dari stasiun Manggarai? Karena kalian tahu sendiri kalau di stasiun Manggarai banyak sekali penumpang KRL di stasiun tersebut, dengan harapan penumpang setelah naik KRL bisa langsung transit di stasiun Manggarai untuk naik KA Bandara. Melihat banyaknya penumpang di stasiun KRL Manggarai tersebut membuat pembuat kebijakan jadinya melihat stasiun Manggarai ini potensial sekali dijadikan sebagai salah satu stasiun pemberhentian KA Bandara.

Karena stasiun untuk KA Bandara yang ada di Jakarta ini masih belum sepenuhnya memadai, pada akhirnya dibangunlah stasiun BNI City yang digunakan untuk memfasilitasi pengguna KA Bandara yang ingin menuju ke Bandara SHIA dengan moda transportasi kereta.

Stasiun BNI City ini dibangun tak jauh dari stasiun Sudirman dengan tujuan agar integrasi dengan KRL serta MRT menjadi mudah. Namun kenyataannya tidak semudah itu. Pengguna layanan KA Bandara harus berjalan kaki sekitar 350-400 meter dari stasiun MRT dukuh Atas ataupun stasiun KRL Sudirman.

Jarak antara stasiun KRL Sudirman dengan stasiun BNI City.
Jarak antara stasiun Sudirman dengan stasiun BNI City kurang lebih sekitar 350-400 meter.

Lalu kalau memang niatnya untuk mengintegrasikan antara pengguna KRL dengan KA Bandara, kenapa stasiun BNI City tidak dibangun lebih dekat lagi dengan stasiun Sudirman? Setelah saya baca di salah satu forum, ternyata ada satu hal yang membuat stasiun BNI City ini tidak bisa dibangun lebih mepet dengan stasiun Sudirman.

Hal yang dimaksud yaitu adanya kendala teknis berupa kemiringan kontur yang cukup besar selepas sisi barat dari stasiun Sudirman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya selasar dan peron yang cenderung berundak-undak dan cenderung datar saat mendekati stasiun Karet. Selain itu terdapat perbedaan elevasi yang cukup besar antara stasiun Sudirman dengan stasiun Karet. Stasiun Karet berada pada ketinggian 11 mdpl (+11). Sementara stasiun Sudirman berada pada ketinggian 6 mdpl (+6). Sehingga terdapat perbedaan sekitar 5 meter antara kedua stasiun tersebut.

Kalau kalian naik KRL dari stasiun Sudirman dan melihat ke sisi barat stasiun secara lebih jauh terkait bentukkan relnya, akan jelas terlihat bahwa rel kereta saat melewati jembatan Jl. Jend. Sudirman terlihat menurun yang menunjukkan adanya penurunan elevasi. Lalu kemudian terlihat adanya peningkatan elevasi rel saat menuju ke stasiun BNI City. Jadi dapat dikatakan kalau pembangunan stasiun BNI City ini dibangun di segmen yang datar, bukan pada segmen yang terdapat perbedaan elevasi yang signifikan.

Sayangnya area dengan elevasi yang datar tersebut lokasinya berada dekat dengan stasiun Karet. Maka dari itulah stasiun BNI City ini dibangun dekat banget dengan stasiun Karet.

Tentu saja pembangunan stasiun BNI City yang lokasinya mepet banget dengan stasiun Karet ini menimbulkan konsekuensi lain. Salah satunya yaitu stasiun Karet tidak bisa diekspansi ke arah timur lebih jauh lagi untuk memfasilitasi rangkaian KRL yang panjangnya 12 kereta (12 SF) karena memang sudah mentok.

Sebagai tambahan, dulu sempat baca di forum online bahwa ada wacana untuk membangun jalur lingkar KRL dari Manggarai, Tanah Abang, Kampung Bandan, Senen, Pondok Jati, Matraman, dan kembali ke Manggarai. Jalurnya berbentuk full melingkar seperti jalur KRL Yamanote Line di Tokyo, Jepang. Jalurnya kalau tidak salah ada yang tingkat (elevated) di beberapa bagian. Salah satu bagian yang elevated tersebut ada di lintas antara Sudirman dan Karet ini. Namun pembangunan stasiun BNI City ini pada akhirnya membuat rencana tersebut batal.

Stasiun Karet Sulit untuk Diekspansi

Soal ramainya penolakan terkait penutupan stasiun Karet ini, lalu kepikiran satu hal, kenapa stasiun Karet ini tidak dibangun ulang atau diperbaiki lagi seperti stasiun lainnya?

Seperti yang sudah dibahas di atas, kalau diekspansi ke arah timur sudah mentok dengan stasiun BNI City. Untuk perpanjang peron supaya muat rangkaian KRL 12 SF saja sudah tidak mungkin. Kalau diperpanjang ke sisi barat pun juga dirasa tidak mungkin karena jaraknya juga terlalu dekat dengan perlintasan sebidang Jl. K.H. Mas Mansyur. Nantinya akan menimbulkan kemacetan yang lebih parah.

Sementara di sisi selatan mungkin memang masih bisa dilakukan perluasan, namun di sisi selatan saat ini sudah terdapat jalan pedestrian untuk pejalan kaki sebagai akses dari stasiun Karet menuju ke stasiun BNI City. Akan terlihat aneh dan tidak wajar kalau hanya diperluas di salah satu sisi peron saja (peron selatan).

Lalu bagaimana dengan sisi utara stasiun. Lagi-lagi dari segi lokasi, sisi utara dari stasiun Karet ini sudah sangat mepet dengan pemukiman warga kampung sekitar. Karena sudah mepet, maka peron sisi utara stasiun jadi sulit untuk dilakukan. Kalau pun mau memperluas sisi peron sisi utara, maka mau tidak mau harus melakukan pembebasan lahan area pemukiman warga sekitar yang tentunya tidak semudah itu. Tentu saja bakal ada penentangan dari warga sekitar dan prosesnya tentu saja akan alot karena harus bernegosiasi dengan warga sekitar serta Pemprov DKI Jakarta juga. Selain itu, disisi ujung timur pada peron utara stasiun Karet ini juga berdekatan sekali dengan Gedung Pompa Waduk Melati yang tentunya punya fungsi vital untuk mengendali banjir di wilayah sekitar.

Setuju atau Tidak Stasiun Karet Ditutup?

Dari pembahasan yang sudah disampaikan di atas, memang ada banyak faktor yang membuat stasiun Karet ini diputuskan untuk ditutup bulan Februari 2025 mendatang. Tapi kalau saya baca ataupun melihat reaksi banyak orang di media sosial, memang lebih banyak yang tidak setuju atau kontra dengan rencana penutupan stasiun ini ketimbang yang setuju atau pro.

Namun sebelum saya buat kesimpulan apakah setuju atau tidak dengan penutupan stasiun KRL Karet ini, saya bahas terlebih dahulu konsekuensi atau akibat dari penutupan stasiun tersebut.

Kalau dengan pemikiran awam, penutupan stasiun Karet ini tentu membuat penumpang KRL tidak dapat langsung menuju ke Jl. K.H. Mas Mansyur dan area sekitarnya. Artinya, kalau stasiun Karet ditutup, orang yang harus bekerja di sekitar Jl. K.H. Mas Mansyur, Benhil, dan area sekitarnya harus memutar terlebih dahulu ke mal Grand Indonesia (GI) untuk menuju ke Thamrin City atau Tanah Abang.

Sementara untuk menuju ke TPU Karet ataupun apartemen dan perkantoran di sekitar Karet juga harus memutar melalui Jl. Jend. Sudirman dahulu. Hal ini mengakibatkan jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke tempat tersebut menjadi lebih jauh dan lebih lama. Alhasil, perlu effort tambahan biaya, tenaga dan waktu untuk menuju ke tempat tujuan yang berada di sekitar Jl. K.H. Mas Mansyur. Selain itu, penumpang KRL juga harus turun di stasiun terdekat yaitu BNI City dan melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi lain untuk menuju ke kawasan Mas Mansyur dan sekitarnya.

Akses Barat Stasiun BNI City?

Lalu bagaimana kalau stasiun BNI City ini dibuat akses masuk dan keluar di sisi barat yang berdekatan dengan stasiun Karet? Nah, hingga saat ini akses stasiun BNI City hanya ada di sisi timur stasiun untuk memfasilitasi penumpang KRL (dari stasiun Sudirman), MRT Jakarta, serta memfasilitasi penumpang yang datang ke stasiun BNI City dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau taksi yang ingin melanjutkan perjalanan dengan KA Bandara.

Tapi kalau stasiun BNI City dibuatkan akses masuk dan keluar via pintu barat stasiun lalu dibuatkan pula akses pejalan kaki yang tembus Jl. K.H. Mas Mansyur serta ramah, aman, dan nyaman, dan dilengkapi dengan area tempat jajan, kuliner serta kanopi, menurut saya masih oke. Kemungkinan opsi ini akan membuat area peron selatan dari stasiun Karet ini nantinya dibongkar lalu dibangun ulang menjadi area pejalan kaki seperti promenades layaknya area riverside, plaza ataupun taman kecil yang ramah bagi pejalan kaki.

Jarak yang ditempuh dari stasiun BNI City ke Jl. K.H. Mas Mansyur jika dibuatkan akses pintu barat stasiun BNI City
Jarak yang ditempuh dari stasiun BNI City ke Jl. K.H. Mas Mansyur jika dibuatkan akses pintu barat stasiun BNI City

Jaraknya sendiri juga masih relatif dekat dengan Jl. K.H. Mas Mansyur. Cukup berjalan kaki sekitar 300an meter dari sisi barat stasiun BNI City, kalian bakal sampai juga di Jl. K.H. Mas Mansyur.

Jarak yang ditempuh dari stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas hingga keluar dari stasiun KRL Sudirman
Jarak yang ditempuh dari stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas hingga keluar dari stasiun KRL Sudirman

Kalau dibandingkan dengan jalan kaki dari stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas hingga keluar dari stasiun KRL Sudirman, justru jarak dari stasiun BNI City dengan Jl. K.H. Mas Mansyur ini masih lebih dekat. Sementara jarak yang dibutuhkan untuk jalan kaki dari stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas hingga keluar ke stasiun Sudirman jaraknya adalah sejauh hampir 500 m atau lebih jauh 200 m.

Sebenarnya jalan kaki dari sisi barat stasiun BNI City ke Jl. K.H. Mas Mansyur sejauh sekitar 300 m itu bukanlah hal yang sulit kalau diimbangi dengan area pejalan kaki yang nyaman, aman, ramah untuk disabilitas. Tapi ya memang pada dasarnya warga sini memang malas untuk jalan kaki. Faktor yang membuat orang jadi malas jalan kaki salah satunya karena tidak adanya fasilitas bagi pejalan kaki yang memadai. Sayangnya hal tersebut sudah dibiarkan sejak lama hingga pada akhirnya jadi budaya dan terbiasa. Sehingga dari tidak adanya area untuk jalan kaki yang memadai selama bertahun-tahun lamanya tersebut membuat orang jadi malas untuk jalan kaki untuk berpindah ke suatu tempat.

Kesimpulan

Jadi dari pembahasan yang sudah saya utarakan di atas, terkait rencana penutupan stasiun Karet ini saya mempunyai dua kesimpulan, yaitu setuju (dengan ketentuan) dan tidak setuju.

Jika penutupan stasiun Karet ini menyebabkan Jl. K.H. Mas Mansyur tidak dapat diakses lagi sama sekali dengan menggunakan transportasi KRL dan tidak diimbangi dengan akses pejalan kaki dari sisi barat stasiun BNI City, saya tidak setuju dengan rencana penutupan stasiun Karet seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.

Namun, jika penutupan stasiun Karet ini disertai dengan pembukaan akses pintu barat stasiun BNI City dan pembuatan area pejalan kaki yang aman, nyaman dan memadai dari pintu barat stasiun BNI City ke Jl. K.H. Mas Mansyur, saya setuju. Untuk alasan saya yang setuju ini, akses menuju ke Jl. K.H. Mas Mansyur merupakan suatu kewajiban, keharusan dan tidak bisa ditawar lagi. Karena mau bagaimana pun akses di depan stasiun Karet ini memang sangatlah strategis dan membantu banget bagi komuter untuk menuju ke tempat tujuan yang berada di sekitar Karet, Bendungan Hilir, hingga Tanah Abang.

Jadi, intinya adalah bahwa akses jalan menuju ke Jl. K.H. Mas Mansyur adalah kunci.

Nah, itulah kesimpulan saya soal rencana penutupan stasiun Karet yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Jadi setelah membaca tulisan saya ini, apa kalian tetap tidak setuju atau justru setuju terkait hal ini? Kalian bisa sampaikan di kolom komentar jika ada opini lain.

Referensi:
Kompas.com: https://megapolitan.kompas.com/read/2025/01/04/06563721/rencana-penutupan-stasiun-karet-dikritik-warga-kenapa-harus-ditutup

Detik.com: https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7713448/erick-ungkap-rencana-tutup-stasiun-krl-karet-ini-alasannya

Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Karet

Website resmi rute Transjakarta: https://transjakarta.co.id/rute

Forum Skyscrapercity.com: https://www.skyscrapercity.com/threads/daop-i-jakarta-soekarno-hatta-international-airport-railway-inter-terminal-link.1695904/page-86?post_id=158128798&nested_view=1&sortby=oldest#post-158128798

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected !!
Scroll to Top