Akhir Agustus 2023 lalu, LRT Jabodebek akhirnya telah beroperasi dan bisa diujicoba oleh publik. Dan pada awal September 2023 ini, saya berkesempatan untuk review dan menjajal naik LRT Jabodebek yang pertama kalinya di semua jalur. Mulai dari jalur Bekasi hingga jalur Cibubur, hanya dalam satu hari. Mumpung masih berlaku tarif promo dengan tarif flat yaitu Rp 5.000 untuk semua tujuan.
Ingin tahu seperti apa pengalaman review dari saya saat naik LRT Jabodebek kali ini? Simak review saya berikut ini.
Jalur LRT Jabodebek
Saat ini, LRT Jabodebek memiliki dua jalur yaitu jalur Cibubur dan Jalur Bekasi. Jalur Cibubur membentang dari stasiun Dukuh Atas ke stasiun Harjamukti yang berada di Kota Depok. Sementara jalur Bekasi membentang dari stasiun Dukuh Atas ke stasiun Jati Mulya di Kota Bekasi.
Kereta LRT dari kedua jalur tersebut nantinya akan saling bertemu di stasiun Cawang. Sepanjang stasiun Dukuh Atas hingga Cawang, kalian bisa naik LRT Jabodebek untuk jalur manapun, baik Cibubur maupun Bekasi.
Trainset
Trainset yang digunakan LRT Jabodebek ini menggunakan trainset buatan INKA yang diproduksi di Madiun, Jawa Timur. Dalam satu trainset atau rangkaian kereta, terdiri dari enam (6) kereta, sama seperti di MRT Jakarta saat ini.
Dalam satu kereta, terdapat tiga (3) pintu di setiap sisi, baik sisi kiri dan kanan. Berbeda dengan KRL atau MRT Jakarta yang dalam satu keretanya terdiri dari empat pintu di setiap sisinya.
Adapun trainset yang digunakan memiliki kombinasi warna merah, hitam dan putih. Untuk gauge atau lebar dari rel LRT Jabodebek ini yaitu 1.435 mm.
Tarif
Tarif LRT Jabodebek saat saya menjajal pertama kali masih menggunakan tarif promo yaitu sebesar Rp 5.000 flat sekali jalan. Namun kedepannya akan diberlakukan tarif normal secara progresif sesuai dengan jarak tempuhnya. Jika menggunakan tarif normal, maka tarifnya akan menjadi lebih mahal.
Saya sih berharap agar tarifnya tidak dipatok terlalu mahal agar pengguna LRT Jabodebek ini tetap banyak dan semakin banyak pula masyarakat yang beralih ke transportasi umum ini.
Integrasi Antar Moda
Salah satu hal yang saya review terkait LRT Jabodebek kali ini yaitu terkait integrasi antar moda transportasinya. Integrasi ini sangatlah penting untuk memudahkan pengguna transportasi umum berpindah dari dan ke LRT Jabodebek.
Hingga saat ini, terdapat beberapa stasiun LRT Jabodebek yang terintegrasi dengan moda transprtasi umum lainnya. Salah satunya yaitu di stasiun Cikoko. Di stasiun Cikoko inilah, pengguna KRL, bus TransJakarta bisa berpindah ke LRT Jabodebek dengan menggunakan jembatan (JPO) yang sudah saling tersambung satu sama lain.
Begitupula dengan stasiun LRT Dukuh Atas dengan stasiun KRL Sudirman. Pengguna LRT Jabodebek dari stasiun Dukuh Atas dapat berpindah moda ke KRL di stasiun Sudirman dan juga sebaliknya melalui Jembatan Penyeberangan Multimoda (JPM) Dukuh Atas. Hanya saja untuk masuk ke stasiun Sudirman, jika kalian tidak menggunakan KRL atau hanya numpang lewat saja, kalian perlu tap-in dan tap-out di stasiun Sudirman dengan tarif Rp 1 saja.
Sementara itu di stasiun Harjamukti, saat ini telah terdapat transportasi umum yang terhubung seperti angkot Mikrotrans hingga bus Trans Pakuan dari Bogor.
Adapun untuk stasiun Halim, LRT Jabodebek terkoneksi secara langsung dengan moda transportasi kereta cepat WHOOSH Jakarta-Bandung (KCIC). Pengguna kereta cepat cukup berjalan kaki melalui jembatan yang menghubungkan stasiun LRT Halim dengan stasiun kereta cepat Halim.
Fasilitas dalam Stasiun
Di setiap stasiun LRT Jabodebek ini tentunya dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti tempat pembelian tiket, toilet, musholla, lift, eskalator, dan lain-lain.
Namun sangat disayangkan, untuk lift dan eskalator yang digunakan di stasiun LRT Jabodebek ini menggunakan merk yang sama seperti di stasiun Manggarai. Kalian yang sering naik KRL di stasiun Manggarai pasti sudah tahu dengan performa eskalator dan lift tersebut. Sering mengalami gangguan, rusak hingga maintenance yang berlarut-larut.
Selain itu, di setiap stasiunnya juga dilengkapi dengan peta jalur LRT Jabodebek, peta lokasi stasiun, hingga denah stasiun.
Salah satu fasilitas yang cukup mencuri perhatian saya saat naik LRT Jabodebek ini yaitu adanya dispenser tempat pengisian air mineral siap minum. Kalian bisa melakukan isi ulang air mineral pada dispenser tersebut secara gratis.
Pengalaman dan First Impression
Pada review naik LRT Jabodebek ini, saya coba ulas satu per satu hal apa saja yang saya dapatkan dan rasakan saat naik LRT Jabodebek. Pada kesempatan itu saya mencoba dua jalur sekaligus dalam sehari. Baik jalur Cibubur maupun jalur Bekasi.
Saat itu saya naik LRT Jabodebek pertama kali dari stasiun Cikoko setelah sebelumnya saya turun dari KRL di stasiun Cawang. Plan pertama saya saat itu adalah naik LRT Jabodebek dari Cikoko ke Harjamukti, lalu berlanjut dari Harjamukti ke Dukuh Atas. Selanjutnya dari Dukuh Atas ke Jati Mulya dan terakhir yaitu dari Jati Mulya ke Cikoko.
Sesampainya di Cikoko, saya melakukan tap-in dengan kartu uang elektronik (KUE) dari salah satu bank. Caranya sama seperti saat melakukan tap-in di gate masuk KRL Commuter Line. Proses dan kecepatan tap-in menurut saya tidak jauh berbeda dengan KRL. Lalu lanjut naik ke peron. Untuk peronnya sendiri menurut saya terasa lebih sempit dan tidak selega peron stasiun MRT. Pada peron juga terdapat platform screen doors atau PSD yang lebih tinggi ketimbang PSD di stasiun layang MRT Jakarta.
Beberapa menit kemudian, saya masuk ke LRT tujuan Harjamukti. Setelah masuk kedalam kereta LRT ini, kentara sekali perbedaan antara kereta buatan Jepang seperti KRL dan MRT dengan LRT buatan INKA. Bagian atap kereta serta atap pintu kereta terlihat lebih rendah ketimbang KRL atau MRT. Sehingga bagi yang memiliki tinggi sekitar 175 cm keatas harus menunduk saat masuk dan keluar dari LRT agar kepala tidak kejedot pintu. Karena tinggi saya sekitar 164-165 cm, saya tidak mengalami yang namanya kepala kejedot saat masuk dan keluar dari LRT. Namun selisih gap antara kepala dengan bagian atas pintu cukup tipis, kurang lebih sekitar 9-10 cm.
Salah satu hal yang menarik dari LRT Jabodebek ini yaitu kereta dijalankan tanpa masinis. Seperti yang kalian ketahui, LRT Jabodebek ini dioperasikan secara otomatis tanpa masinis atau driverless. Sehingga saat naik LRT Jabodebek di dekat kabin masinis, tidak terdapat masinis yang duduk di kabin LRT ini. Semuanya dikendalikan secara terpusat di pusat kontrol.
Sehingga saat masuk ke kereta LRT, saya langsung berdiri ke depan dekat kabin masinis. Dan benar, kereta LRT Jabodebek ini bisa berjalan tanpa masinis. Namun sesekali ada petugas teknisi yang wara-wiri ke kabin masinis untuk mengawasi perjalanan apabila sewaktu-waktu terjadi trouble.
Pada satu kereta LRT Jabodebek, terdiri dari tiga (3) pintu disetiap sisinya. Dan di setiap sisi pintunya, terdapat papan informasi digital atau PIDS (public information display system). Namun sayang sekali PIDS-nya ini tidak diseragamkan di setiap pintunya. Dari tiga PIDS di setiap sisinya, hanya PIDS bagian pintu tengah kereta saja yang informatif. Sementara PIDS pada pintu ujung kereta tidak terlalu informatif.
First impression saya terhadap kereta LRT Jabodebek ini bisa dibilang kalau kereta ini termasuk cepat untuk ukuran kereta ringan. Di beberapa petak dan lokasi, kereta LRT Jabodebek mampu berjalan hingga kecepatan maksimum 80km/jam. Tapi seringnya kereta LRT ini berjalan dengan kecepatan sekitar 75 km/jam. Di beberapa lokasi seperti dekat percabangan wesel jalur Cibubur dan Bekasi serta di tikungan besar longspan Kuningan, kecepatan LRT Jabodebek dibatasi hingga 20 km/jam saja. Soal akselerasi kereta, bagi saya akselerasi LRT Jabodebek ini lebih cepat ketimbang kereta KRL dan MRT.
Saat itu saya juga sempat menjajal kursi dari LRT Jabodebek ini. Menurut saya untuk kursinya tidak seempuk di KRL namun lebih empuk ketimbang di MRT Jakarta.
Untuk pendingin udara atau AC, di kereta LRT Jabodebek ini AC-nya dingin.
Di kereta LRT Jabodebek ini juga tersedia tempat untuk penumpang khusus seperti penumpang yang membawa kursi roda, trolli bayi, dan lain-lain. Adapun untuk gap antara lantai kereta dengan peron celahnya tidak besar seperti pada KRL. Sehingga pengguna yang membawa kursi roda atau trolli, hingga penumpang dengan kebutuhan khusus dapat masuk kedalam LRT dengan mudah.
Adapun untuk waktu tempuh, perjalanan dari stasiun Cikoko ke Harjamukti dengan LRT Jabodebek membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Sementara dari Harjamukti ke Dukuh Atas membutuhkan waktu kurang lebih 52 menit. Sayangnya saat itu saya tidak jadi mengukur waktu tempuh pada jalur Bekasi dari Dukuh Atas ke Jati Mulya karena ketinggalan kereta.
Stasiun Transit
Di LRT Jabodebek, terdapat satu stasiun transit yaitu stasiun Cawang. Di stasiun ini, kalian bisa berpindah jalur dari jalur Cibubur ke jalur Bekasi dan juga sebaliknya.
Stasiun Cawang ini memiliki keunikan dalam hal penomoran peronnya. Jika biasanya disamping peron jalur 1 terdapat peron 2, di stasiun ini disamping peron jalur 1 adalah peron jalur 3. Lalu dimana peron jalur 2? Peron jalur 2 terletak berdampingan dengan peron jalur 4.
Jadi peron di stasiun Cawang ini dibagi menjadi dua jenis yaitu peron ganjil (1 dan 3) dan peron genap (2 dan 4). Peron ganjil diperuntukkan untuk kereta yang mengarah ke Jati Mulya dan Harjamukti (downstream). Sementara itu peron genap diperuntukkan untuk kereta yang mengarah ke Dukuh Atas (upstream).
Di stasiun transit LRT Cawang ini juga terdapat lantai tambahan yang letaknya berada di atas peron LRT. Lantai tambahan ini difungsikan sebagai tempat untuk transit atau berpindah jalur serta tempat berjualan atau area retail.
Terkoneksi dengan Mal
Selain integrasi antara moda transportasi, saya juga melakukan review terkait koneksi LRT Jabodebek dengan kawasan komersial seperti mal. Sama seperti MRT Jakarta yang terkoneksi dengan Blok M Plaza, LRT Jabodebek juga terkoneksi dengan salah satu mal yang terletak di Bekasi yaitu Revo Mall. Untuk menuju ke Revo Mall, kalian dapat naik LRT Jabodebek di lintas Bekasi dan turun di stasiun Bekasi Barat.
Di stasiun LRT Bekasi Barat ini, terdapat jembatan penghubung yang menghubungkan stasiun tersebut dengan Revo Mall secara langsung, tanpa harus keluar bangunan stasiun.
Kekurangan
Dalam review LRT Jabodebek ini, saya juga membahas mengenai kekurangan yang ada selama menggunakan transportasi ini.
Kekurangan pertama dan yang utama dari LRT Jabodebek ini yaitu soal rem dari LRT itu sendiri. Saat kereta LRT hendak tiba di stasiun, kereta tiba-tiba melakukan pengereman dengan keras, kasar dan menghentak. Rasanya seperti kereta yang direm secara darurat (emergency brake). Oleh karena itu, disarankan bagi pengguna untuk berpegangan pada handrail agar tidak terpelanting ataupun terjatuh saat kereta LRT ini melakukan pengereman.
Kekurangan kedua yaitu informasi pemberitahuan pintu LRT akan ditutup yang terlalu mendadak bahkan bersamaan dengan ditutupnya pintu kereta. Biasanya jika naik KRL atau MRT, akan ada informasi pintu akan ditutup yang diberitahukan beberapa detik sebelum pintu benar-benar ditutup. Namun lain halnya dengan di LRT Jabodebek. Pemberitahuannya disampaikan secara bersamaan dengan ditutupnya pintu kereta. Hal ini berakibat pada tidak dapat diprediksinya kapan pintu kereta akan ditutup yang juga berpotensi pada terjepitnya penumpang pada pintu kereta atau PSD.
Kekurangan ketiga yaitu terkait kekedapan suara saat kereta berjalan. Saat kereta LRT ini berjalan cepat, suaranya di dalam kereta terasa lebih bising dari biasanya dan cenderung agak berisik. Tidak sekedap saat naik KRL.
Kekurangan keempat yaitu perihal PIDS di pintu ujung kereta yang tidak seinformatif PIDS di tengah kereta. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, sangat disayangkan sekali bahwa PIDS di pintu ujung kereta kurang informatif, tidak menampilkan informasi terkait rute atau jalur kereta. Dan terkadang justru hanya menampilkan running text “PT Kereta Api Indonesia (Persero)” seperti pada gambar di atas.
Kekurangan kelima yaitu terkait headway yang masih belum rapat. Dalam masa ujicoba publik yang lalu, headway LRT Jabodebek ini bisa hingga sekitar 25 menitan. Karena pada waktu itu memang belum semua kereta dijalankan secara penuh. Setidaknya minimal headway-nya bisa sekitar 10 menit atau 5 menit saat jam sibuk.
Kekurangan keenam terkait dengan tinggi dari kereta yang digunakan. Khusus untuk yang memiliki tinggi di atas 170 cm, untuk masuk ke kereta ini harus menunduk terlbeih dahulu agar kepala tidak terbentur atau kejedot bagian atas pintu kereta.
Dan masih ada beberapa kekurangan lainnya yang perlu dievaluasi kembali seperti masalah pada pintu kereta dengan pintu PSD yang tidak sinkron, dan lain-lain.
Kesimpulan
Nah, itulah review dari saya setelah menggunakan LRT Jabodebek di semua rutenya. Secara umum, kehadiran LRT Jabodebek ini sangat membantu sekali untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi di sepanjang tol Dalam Kota, Jagorawi hingga tol Cikampek. Dan tentunya memberikan opsi perjalanan tambahan bagi warga sekitar Cibubur dan Bekasi untuk menuju ke Jakarta dengan lebih cepat dan bebas macet.
Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan, LRT Jabodebek ini bisa jadi pilihan untuk bertransportasi. Dengan catatan, harga tarifnya tidak terlalu mahal, masuk akal secara ekonomi dan layanan yang diberikan juga haruslah konsisten.
Oh iya, saya juga membuat reels di Instagram saya sebagai dokumentasi saat naik LRT Jabodebek ini. Silakan ditonton yaa.
Link reels:
https://www.instagram.com/reel/CwxbNXnP4a5/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
https://www.instagram.com/reel/CxH8TJJPQYL/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
Thanks for reading!