KA Brantas Tambahan merupakan salah satu kereta api tambahan yang biasanya dijalankan saat musim liburan panjang seperti saat Lebaran atau saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 yang lalu. Di masa liburan Nataru 2025 yang lalu, saya berkesempatan untuk naik kereta Brantas Tambahan ini dari Sragen menuju ke stasiun Jatinegara.
Momen kali itu sangat spesial bagi saya karena akhirnya berkesempatan juga untuk naik kereta di kelas yang saat ini sudah jarang ditemui dan bisa dikatakan langka yaitu di kelas bisnis. Ditengah bayang-bayang penghapusan kereta kelas bisnis, nyatanya saat ini masih terdapat beberapa perjalanan kereta api yang menggunakan rangkaian kereta kelas bisnis. Walaupun saat ini kereta api yang masih menggunakan rangkaian kereta kelas bisnis jumlahnya semakin sedikit dan bisa dihitung dengan jari.
Untuk review selengkapnya terkait perjalanan dengan KA Brantas Tambahan di kelas bisnis ini bisa kalian baca pada konten ini hingga habis. Sebelumnya saya kasih disclaimer terlebih dahulu jika perjalanan yang saya lakukan ini masih menggunakan GAPEKA 2024 karena perjalanan ini saya lakukan pada akhir Desember 2024 lalu.
Tentang KA Brantas Tambahan

KA Brantas Tambahan (No. KA 7031A, sesuai GAPEKA 2024) merupakan salah satu kereta tambahan yang hanya dijalankan di waktu tertentu saja. Terutama saat peak season seperti saat libur panjang, Lebaran, hingga Natal dan Tahun Baru. Kereta ini sifatnya fakultatif dan hanya muncul di jadwal jika sudah terdapat pengumuman mengenai jadwal kereta tambahan pada waktu tertentu.
Kereta ini merupakan versi tambahannya dari KA Brantas. KA Brantas sendiri merupakan salah satu kereta kelas campuran (ekonomi-eksekutif) yang sudah memiliki jadwal reguler setiap harinya dengan rute Blitar-Pasar Senen.
Adapun kereta tambahan yang saya naiki ini juga memiliki rute yang sama dengan KA Brantas, yaitu dari Blitar ke Pasar Senen.
Akan tetapi terdapat perbedaan pada kelas keretanya. Di KA Brantas, kelas keretanya terdiri dari kelas eksekutif dan ekonomi. Sementara di kereta tambahan yang saya naiki saat itu kelasnya terdiri dari kelas bisnis dan ekonomi. Jadi bisa dibilang kalau kereta tambahan itu biasanya adalah versi downgrade-nya dari kereta regulernya.
Karena keretanya bersifat tambahan, maka terkait kelas kereta yang dilayani ini mungkin bisa berbeda dari biasanya, tergantung dari kebijakan PT KAI selaku operator kereta.
Rute dan Stasiun Pemberhentian (GAPEKA 2024)

Rute dari KA Brantas Tambahan ini dimulai dari stasiun Blitar menuju ke stasiun akhir Pasar Senen di Jakarta.
Dari Blitar, kereta ini awalnya melewati jalur selatan terlebih dahulu via Madiun. Hingga tiba di kota Solo, kereta ini berbelok ke arah utara melalui jalur kereta dari Solo-Semarang via stasiun Gundih untuk menuju ke Semarang. Selepas dari Semarang, kereta ini melalui jalur utara via Pekalongan, Tegal, Cirebon, hingga ke arah Jakarta.
Stasiun Pemberhentian
Adapun untuk stasiun pemberhentian, kereta yang satu ini memiliki banyak pemberhentian dan ngecer di beberapa stasiun di area Jawa Timur, terutama di sekitaran daerah Madiun, Kediri, Tulungagung, hingga Blitar.
Dari stasiun Blitar menuju ke Pasar Senen, kereta ini berhenti di beberapa stasiun yaitu Ngunut, Tulungagung, Kediri, Papar, Kertosono, Nganjuk, Caruban, Madiun, Magetan, Ngawi, Walikukun, Sragen, Solojebres, Gundih, Semarang Tawang Bank Jateng, Pekalongan, Tegal, Brebes, Cirebon Prujakan, Jatibarang, Bekasi, Jatinegara, dan Pasar Senen.
Sebaliknya dari stasiun Pasar Senen ke Blitar, kereta ini berhenti di Bekasi, Haurgeulis, Jatibarang, Cirebon Prujakan, Brebes, Tegal, Pekalongan, Semarang Tawang Bank Jateng, Padas, Gundih, Solojebres, Sragen, Walikukun, Ngawi, Magetan, Madiun, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Papar, Kediri, Tulungagung, Ngunut, dan Blitar.
Dilihat dari stasiun pemberhentiannya saja sudah sangat jelas bahwa target penumpang dari kereta ini adalah penumpang yang berasal dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah.
Rangkaian Kereta

Untuk rangkaian kereta yang digunakan saat itu, terdiri dari rangkaian kereta kelas bisnis, kereta makan pembangkit (KMP), dan kereta kelas ekonomi.
Untuk kereta kelas bisnis, jumlahnya waktu itu kurang lebih ada empat (4) kereta. Di belakang kereta bisnis, terdapat kereta makan sekaligus kereta pembangkit (KMP). Lalu di belakang kereta makan dan pembangkit, terdapat kereta kelas ekonomi yang jumlahnya kemungkinan terdiri dari 3-4 kereta.
Saat itu rangkaian kereta ini ditarik oleh lokomotif CC 201 77 18 Depo Induk Cirebon (CN) dengan posisi short hood.
Trainmark
Untuk trainmark pada kereta yang digunakan pada rangkaian KA Brantas Tambahan ini tergolong bervariasi. Di kereta kelas Bisnis-1, trainmark-nya adalah “D”, dengan berat maksimal 37.000kg serta menggunakan bogie jenis K5. Sementara di kereta yang saya duduki di Bisnis-2, trainmark-nya adalah “E”, dengan berat maksimal serta jenis bogie yang sama dengan kereta Bisnis-1.
Karena terdapat salah satu kereta yang memiliki trainmark “D”, maka kereta ini hanya bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 90km/jam saja.
Fasilitas
Terdapat beberapa fasilitas yang tersedia dalam kereta kelas bisnis yang saya naiki saat itu. Dari segi fasilitasnya memang tidak selengkap kereta kelas eksekutif. Tapi kalau dibilang hampir mirip dengan kereta kelas ekonomi, saya rasa tidak juga. Kereta kelas bisnis ini masih memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kereta ekonomi tegak lurus ataupun kereta ekonomi premium.
Kursi
Di kereta kelas bisnis ini terdapat kursi yang posisinya agak miring dan lebih manusiawi dibandingkan dengan kereta ekonomi dengan kursi tegak lurus. Kursinya sendiri menurut saya justru lebih empuk, nyaman dan enak diduduki ketimbang kursi kereta ekonomi premium.
Dan yang terpenting adalah posisi kursi di kereta bisnis ini semuanya disusun searah dengan jalannya kereta. Jadi tidak ada kursi yang susunannya berhadapan atau berlawanan dengan arah kereta seperti di kereta ekonomi tegak lurus maupun kereta ekonomi premium.
Selain itu, jarak antar kursinya juga tidak saling berdekatan atau mepet dengan kursi di depannya. Jadi tidak ada lagi yang namanya “adu dengkul” seperti di kereta ekonomi tegak lurus ataupun lutut kepentok dengan besi kursi depan seperti di kereta ekonomi premium.
Untuk penomoran kursi di kelas bisnis berbeda dengan kereta ekonomi ataupun eksekutif. Penomoran di kursi kereta kelas bisnis nomornya dari 1-17, dimana kursi nomor 1 terdiri dari 1A dan 1B saja. Begitu pula untuk kursi nomor 17 hanya terdiri dari 17C dan 17D. Sedangkan kursi nomor 2-16 terdiri dari nomor 2A, 2B, 2C, 2D, dan seterusnya hingga 16A, 16B, 16C, dan 16D.
AC/Pendingin Udara
Untuk pendingin udara yang ada di kereta kelas bisnis ini menggunakan AC jenis split. Bukan AC sentral seperti kebanyakan kereta. Letak dari AC split ini diletakkan di bagian tengah atas dekat plafon kereta.
Untuk AC-nya sendiri cukup adem dan sejuk. Namun untuk semburan angin dari AC-nya ini kurang merata di beberapa area kursi. Di beberapa lokasi kursi tertentu, angin dari AC-nya ada yang berasa banget tapi ada juga yang kurang berasa.
Fasilitas Penunjang Lainnya
Di kereta kelas bisnis ini, juga tersedia stop kontak yang bisa digunakan untuk mengisi daya smartphone ataupun laptop. Jumlah stop kontaknya terdapat dua buah di masing-masing kursi.
Selain itu, di kereta ini dipasangi juga dengan gordyn/hordeng kain berwarna biru tua yang bisa dibuka atau ditutup dengan cara menggeser hordengnya.
Untuk menaruh barang seperti tas hingga koper, di kereta ini juga tersedia rak bagasi untuk tas dan koper yang cukup luas. Model dari rak bagasinya sendiri tidak jauh beda dengan rak bagasi di kereta kelas ekonomi lawas.
Terdapat juga meja kecil yang digunakan untuk menaruh smartphone ataupun menaruh botol/gelas minuman yang lokasinya dekat dengan stop kontak.
Pada kereta kelas bisnis ini juga terdapat speaker yang digunakan untuk menyampaikan pemberitahuan informasi terkait perjalanan kereta. Untuk speakernya sendiri masih berfungsi dengan baik.
Toilet

Adapun untuk toiletnya sudah menggunakan toilet yang di-refurbished sehingga terlihat lebih bagus. Kloset pada toilet kereta kelas bisnis ini menggunakan kloset duduk. Pada toilet ini, terdapat kaca, tempat sabun cair, wastafel, keran air, bidet, tempat sampah, hingga pengering tangan (handdryer). Untuk ukuran toiletnya sendiri bisa dibilang tidak terlalu luas tapi masih cukup nyaman untuk digunakan.
Fasilitas yang Tidak Tersedia
Di kereta kelas bisnis ini, terdapat beberapa fitur ataupun fasilitas yang tidak tersedia jika dibandingkan dengan kereta kelas eksekutif ataupun kereta ekonomi SSNG. Diantaranya yaitu meja makan lipat, footrest, pintu otomatis, layar PIDS, TV, hingga stop kontak USB untuk pengisi daya smartphone.
Harga Tiket
Untuk harga tiket yang saya dapatkan saat itu dari Sragen ke Jatinegara adalah sebesar Rp400.000 di kelas bisnis.
Untuk kelas ekonomi, harga tiketnya lebih murah daripada kelas bisnis. Kurang lebih sekitar Rp300.000 per orang.
Nah, pada perjalanan kali itu, sebenarnya saya sudah memiliki terlebih dahulu tiket perjalanan dengan KA Matarmaja dari Sragen ke Jatinegara seharga Rp300.000. Tapi karena muncul perjalanan KA Brantas Tambahan ini di aplikasi Access by KAI dengan pemberangkatan yang tidak terlalu sore, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan reschedule jadwal dari KA Matarmaja ke KA Brantas Tambahan.
Untuk reschedule tersebut, saya dikenakan bea atau biaya tambahan sebesar 25% dari harga tiket KA Matarmaja yaitu sebesar Rp75.000. Selain itu dikenakan juga biaya Rp100.000 yang merupakan selisih harga antara KA Matarmaja dengan KA Brantas Tambahan. Sehingga total biaya yang saya bayarkan saat itu adalah Rp175.000.
Review Sepanjang Perjalanan
Perjalanan dengan KA Brantas Tambahan (No. KA 7031A) dari Sragen ke Jatinegara ini saya lakukan saat akhir pekan di musim liburan Natal dan Tahun Baru 2025 yang lalu. Sebenarnya, rencana awal saya untuk balik ke Jakarta dari Sragen adalah dengan naik KA Matarmaja. Tapi karena pas iseng-iseng buka aplikasi Access by KAI ketemu jadwal KA Brantas Tambahan ini, akhirnya saya mengubah rencana saya dan me-reschedule perjalanan saya.
Salah satu alasan saya kenapa naik KA Brantas Tambahan ini adalah karena jadwalnya yang tergolong ramah untuk pejuang PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad). Kereta tersebut tiba di Jakarta sekitar jam 9 malam. Jadi setidaknya ada waktu untuk istirahat di rumah sebelum besoknya kembali bekerja (kalau tidak ambil cuti). Dan setidaknya saat tiba di Jakarta dengan kereta tersebut, masih bisa lanjut dengan transportasi umum lainnya seperti KRL, dan lain-lain. Alasan lainnya yaitu karena saya sudah lama sekali tidak mencoba naik kereta kelas bisnis. Terakhir saya mencoba naik kereta kelas bisnis itu pada tahun 2012 lalu di kereta Fajar Utama Semarang dari stasiun Pasar Senen ke Semarang Tawang. Sayangnya kereta tersebut sudah berhenti beroperasi saat ini.
Untuk perjalanan kali itu, jadwalnya masih berdasarkan GAPEKA 2024 yang akhirnya digantikan oleh GAPEKA 2025 per 1 Februari 2025 yang lalu. Berdasarkan GAPEKA 2024, kereta ini diberangkatkan dari stasiun Sragen pada pukul 12.32 WIB dan akan tiba di stasiun Jatinegara pukul 21.11 WIB.
Sekedar info, stasiun Sragen saat itu sudah tersedia mesin cetak tiket untuk mencetak boarding pass untuk bisa naik kereta dari stasiun tersebut, namun belum tersedia mesin recognizition face seperti stasiun besar lainnya untuk melakukan proses check-in. Selain itu, stasiun Sragen juga telah melayani perjalanan kereta bandara Adi Sumarmo dari stasiun Madiun ke stasiun Bandara Adi Sumarmo.

Di perjalanan dengan KA Brantas Tambahan kali itu, saya duduk di kereta kelas bisnis nomor 2 yang memiliki penomoran K2 0 80 29 Dipo Induk Cirebon (CN). Kereta yang saya naiki tersebut memiliki trainmark “E”, dengan berat maksimal 37 ton, jenis bogie K5, dan berat kosong kereta 32 ton atau 32.000 kg. Tempat duduk saya saat itu ada di kursi 5D.
Kereta diberangkatkan dari stasiun Sragen pada pukul 12.33 WIB atau terlambat satu menit. Sepanjang perjalanan, saya bisa merasakan kalau kereta ini memang lebih slow dan santai. Tidak secepat kereta kelas argo ataupun kereta eksekutif pada umumnya. Karena kereta yang saya naiki ini hanya bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 90 km/jam saja.
Selepas Sragen, kereta ini berhenti di beberapa stasiun seperti stasiun Solo Jebres. Di stasiun Solo Jebres ini ternyata cukup banyak penumpang yang naik dengan kereta ini. Kereta ini juga berhenti cukup lama di stasiun Solo Jebres ini. Setelah diberangkatkan dari stasiun Solo Jebres, kereta ini berbelok ke kanan ke arah jalur Solo-Semarang via stasiun Gundih. Dalam perjalanan, kereta ini juga melewati jembatan kereta baru yang berada di simpang Joglo Solo.
Sepanjang perjalanan, saya tidak membeli makan berat di restorasi dan hanya membeli coklat panas saja secara langsung di kereta restorasi. Suasana di kereta restorasi sendiri cukup bising dan agak panas karena kereta restorasinya ini juga berfungsi sebagai kereta pembangkit (KMP). Selama saya mencicipi coklat panas di kereta restorasi, badan saya jadi merasa agak gerah ketimbang di kereta tempat saya duduk.
Selanjutnya, saya kembali ke kereta bisnis 2 untuk duduk di kursi sekaligus bikin konten untuk review kereta ini. Kebanyakan kontennya berbentuk video dan beberapa potongan konten diantaranya sudah diunggah ke TikTok saya. Di perjalanan kali ini, saya tidak terlalu mengeluhkan soal kenyamanan kursi karena memang lebih nyaman. Selain itu jarak dengan kursi di depannya juga lebih luas, jadi saya bisa dengan leluasa merebahkan dan meluruskan posisi kaki.
Kemudian saya beralih ke toilet yang ternyata fasilitasnya lengkap banget. Bahkan ada mesin pengering tangan juga di toiletnya. Semua fasilitas di toilet berfungsi dengan baik. Tapi sayangnya saya mengalami insiden yang kurang mengenakkan di toilet tersebut. Smartphone saya kecemplung ke kloset toilet! Seketika saya langsung panik dan segera mengambil kembali smartphone tersebut dan membersihkannya. Untungnya smartphone saya tidak error setelah kejadian tersebut.
Dalam perjalanan kali itu, saya hanya menghabiskan waktu dengan membuka TikTok serta menikmati pemandangan sekitar. Kereta ini juga melewati stasiun Brumbung, lokasi di mana kereta eks-Argo Bromo Anggrek (ABA) rangkaian gendut disimpan. Kereta ex-ABA rangkaian gendut tersebut sudah lama tidak digunakan kembali dan kondisinya sudah berkarat. Rangkaian kereta tersebut tidak akan digunakan dan dioperasikan kembali karena biaya perawatannya serta suku cadangnya yang sulit. Kereta tersebut menggunakan bogie jenis K9.
Rangkaian kereta eks-ABA tersebut juga pernah menjadi kereta tercanggih pada masanya. Tapi sayangnya saya belum pernah mencoba naik kereta rangkaian gendut tersebut karena memang belum pernah naik kereta Argo Bromo Anggrek sampai saat ini. Di bawah ini ada video dokumentasi saya saat mengabadikan momen KA Brantas Tambahan melintasi rangkaian gendut eks Argo Bromo Anggrek di stasiun Brumbung.
KA Brantas Tambahan ini akhirnya tiba di stasiun Semarang Tawang Bank Jateng pada pukul 14.54 WIB. Penumpang yang naik dan turun di stasiun Semarang Tawang Bank Jateng ini cukup banyak. Selepas kereta ini diberangkatkan dari stasiun Semarang Tawang Bank Jateng, cuaca di luar mendadak hujan cukup deras saat kereta melewati kawasan pesisir Pantura di sekitaran Plabuan. Karena cuacanya mendung dan hujan, saya tidak mendapatkan momen matahari senja saat kereta melewati pinggiran pesisir tersebut.
Selanjutnya kereta berhenti dengan durasi yang cukup lama di stasiun Cirebon Prujakan. Kereta tiba di stasiun Cirebon Prujakan pada pukul 18.04 WIB. Kereta ini tidak berhenti di stasiun Cirebon Kejaksaan yang menjadi pemberhentian kereta kelas eksekutif dan kereta unggulan lainnya.
Dan pada akhirnya kereta ini tiba juga di stasiun Jatinegara pada pukul 21.18 WIB, atau terlambat 7 menit dari jadwal seharusnya.
Kesan dan Kesimpulan
Dari pengalaman saya naik kereta kelas bisnis di KA Brantas Tambahan ini, saya rasa naik kereta bisnis ini tidaklah buruk-buruk amat. Malahan menurutku lebih nyaman duduk di kereta bisnis ini ketimbang duduk di kereta ekonomi dengan kursi premium. Tapi sayang banget kereta kelas bisnis ini sudah hampir punah dan agak sulit ditemukan di beberapa perjalanan kereta api yang ada di pulau Jawa. Satu per satu kereta bisnis ini dikonversi dan dimodifikasi menjadi kereta kelas lain. Kereta kelas bisnis di GAPEKA 2025 saat ini hanya bisa ditemukan di beberapa kereta seperti KA Tegal Bahari dan KA Gumarang.
Dari segi kenyamanan, bagi saya naik kereta bisnis seperti KA Brantas Tambahan kali itu bisa saya bilang cukup nyaman.
Dari segi jadwal, menurut saya jadwalnya juga bersahabat banget bagi pejuang PJKA. Sampai di Jakarta tidak terlalu malam sehingga masih ada waktu istirahat sebelum keesokan harinya kembali beraktivitas seperti biasa di Jakarta. Hanya saja jadwal kereta ini hanya muncul pada waktu tertentu saja dan jadwalnya tidak bersifat reguler.
KA Brantas Tambahan di Masa Lebaran 2025
Di libur Lebaran tahun 2025 nanti, akhirnya KA Brantas Tambahan diadakan kembali untuk memfasilitasi masyarakat yang akan mudik ke kampung halaman dengan menggunakan transportasi kereta api. KA Brantas Tambahan untuk musim Lebaran 2025 ini memiliki nomor kereta 7015 dan 7016. Jadwal pemberangkatannya tidak berbeda dengan jadwal saat masih menggunakan GAPEKA 2024. Namun kali ini KA Brantas Tambahan terdiri dari kelas yang berbeda yaitu kereta kelas eksekutif dan kelas ekonomi. Bukan dengan kereta kelas bisnis.
Rangkaian kereta kelas eksekutif di KA Brantas Tambahan untuk Lebaran nanti akan menggunakan kereta eksekutif jenis mild steel. Sementara untuk kereta kelas ekonominya akan menggunakan kereta ekonomi Kemenhub dengan kursi tegak lurus berhadapan berkapasitas 80 orang.
Nah, itulah pengalaman saya saat naik kereta kelas bisnis di KA Brantas Tambahan di musim liburan Nataru 2025 kemarin. Naik kereta kelas bisnis ini bisa dijadikan sebagai momen untuk bernostalgia dengan rangkaian kereta jadul yang masih eksis saat ini, walaupun jumlahnya sudah semakin sedikit. Bagi yang ingin mencoba naik kereta kelas bisnis, kalian bisa coba di KA Tegal Bahari atau KA Gumarang untuk mendapatkan pengalaman naik kereta kelas bisnis. Yang punya pengalaman naik kereta kelas bisnis, kalian bisa sampaikan komentar di konten ini ya.