Di akhir tahun 2023 lalu, akhirnya saya dapat kesempatan untuk menjajal naik LRT Jakarta yang pertama kali. Kebetulan karena waktu itu lagi musim liburan Natal yang cukup panjang dan punya cukup waktu untuk jalan-jalan. Daripada hanya menghabiskan waktu di rumah saja, akhirnya saya manfaatkan untuk menjajal transportasi umum yang satu ini.
Mungkin bisa dibilang sudah telat banget karena baru menjajal LRT Jakarta di akhir tahun 2023 ini. Sementara LRT Jakarta sendiri sudah beroperasi penuh sejak tahun 2019 lalu. Sebenarnya ada satu alasan kenapa saya baru sempat jajal LRT Jakarta kali ini. Alasannya adalah malas. Karena untuk ke stasiun LRT Jakarta saat ini harus bepergian jauh ke Rawamangun terlebih dahulu. Bayangkan betapa jauhnya jarak antara Depok dengan Rawamangun, apalagi Kelapa Gading. Ngebayangin jauhnya aja sudah bikin malas ya kan?
But anyway, inilah pengalaman sekaligus ulasan saya saat pertama kali menjajal naik LRT Jakarta.
Sekilas Tentang LRT Jakarta
Bagi yang belum tahu, LRT Jakarta merupakan salah satu moda transportasi umum berbasis rel yang ada di kota Jakarta. Saat ini terdapat berbagai macam transportasi umum berbasis rel di Jakarta. Mulai dari KRL Commuter Line, MRT Jakarta, LRT Jabodebek, KA Bandara hingga LRT Jakarta ini.
Pada waktu itu, LRT Jakarta dibangun untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta. LRT Jakarta sempat dioperasikan secara terbatas saat ajang Asian Games 2018 di Jakarta tersebut berlangsung. Adapun LRT Jakarta baru dioperasikan secara penuh pada tahun 2019.
LRT Jakarta ini dioperasikan oleh PT LRT Jakarta, anak perusahaan dari PT Jakarta Propertindo (Perseroda) sebagai salah satu BUMD di DKI Jakarta.
Jalur LRT Jakarta
Hingga saat ini, LRT Jakarta memiliki satu jalur yang telah beroperasi dari kawasan Pegangsaan Dua hingga Velodrome. Jalur tersebut merupakan bagian dari fase pertama LRT Jakarta dengan panjang jalur 5,8 km. Semua jalur LRT Jakarta ini merupakan jalur layang atau elevated.
Saat ini tengah dilakukan pembangunan konstruksi jalur LRT Jakarta lanjutan dari Velodrome ke Manggarai sebagai bagian dari fase 1B. Ditargetkan pembangunan rute di fase 1B ini dapat selesai pada tahun 2026 mendatang.
Selain itu, juga terdapat rencana perpanjangan jalur LRT Jakarta ini nantinya dari Manggarai ke Dukuh Atas hingga Tanah Abang serta dari Velodrome, Klender hingga Halim (stasiun KCIC). Rencana tersebut masih dalam proses studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu sebelum dilakukan konstruksi.
Stasiun
Hingga per tahun 2023, terdapat enam (6) stasiun yang melayani perjalanan dengan LRT Jakarta. Enam stasiun LRT Jakarta tersebut diantaranya:
1. Pegangsaan Dua
2. Boulevard Utara
3. Boulevard Selatan
4. Pulomas
5. Equestrian
6. Velodrome
Beberapa stasiun LRT Jakarta tersebut ada yang berlokasi di daerah Jakarta Utara dan ada yang di Jakarta Timur.
Stasiun LRT Jakarta Velodrome menjadi satu-satunya stasiun LRT Jakarta yang terintegrasi secara langsung dengan moda transportasi umum lainnya yaitu bus Transjakarta (BRT). Dari stasiun Velodrome, kalian bisa transit langsung melalui JPO terdekat menuju ke halte bus Transjakarta Pemuda Rawamangun untuk melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta. Adapun halte bus Pemuda Rawamangun tersebut melayani koridor 4 hingga 4D.
Sementara itu, stasiun LRT Jakarta Boulevard Utara menjadi satu-satunya stasiun yang terhubung langsung dengan Mal Kelapa Gading, salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kelapa Gading.
Armada Kereta dan Hal Teknis Lainnya
Jika KRL Commuter Line dan MRT Jakarta menggunakan armada kereta yang berasal dari Jepang, armada kereta yang digunakan di LRT Jakarta ini berasal dari Korea Selatan. Kereta untuk LRT Jakarta ini diproduksi oleh Hyundai Rotem.
Adapun untuk jumlah kereta per rangkaiannya juga berbeda jika dibandingkan dengan KRL Commuter Line, LRT Jabodebek dan MRT Jakarta. Jika MRT Jakarta dan LRT Jabodebek satu rangkaiannya terdiri dari enam kereta, di LRT Jakarta ini satu rangkaian terdiri dari dua kereta.
Dari segi teknis, lebar rel yang dipakai pada jalur LRT Jakarta ini berbeda dengan KRL Commuter Line ataupun MRT Jakarta. Jika KRL Commuter Line dan MRT Jakarta memiliki lebar rel 1.067 mm, di LRT Jakarta lebar relnya adalah 1.435 mm. Lebar rel yang dipakai di LRT Jakarta ini memiliki lebar rel yang sama dengan LRT Jabodebek.
Sistem sumber listrik yang digunakan untuk LRT Jakarta juga berbeda dengan KRL Commuter Line dan MRT Jakarta. Jika KRL dan MRT menggunakan sistem kelistrikan listrik aliran atas (LAA), di LRT Jakarta sistem kelistrikannya yaitu dengan menggunakan metode rel ketiga atau third rail.
Fasilitas
Saat menjajal LRT Jakarta waktu itu, saya hanya berkesempatan untuk mengeksplor di sekitar stasiun LRT Velodrome dan Pegangsaan Dua saja. Untuk fasilitas di stasiunnya, menurut saya sudah baik dan lengkap. Ada toilet, musholla, eskalator, lift, loket, hingga mesin tiket. Selain itu juga terdapat fasilitas penunjang seperti peta stasiun, denah, hingga peta jaringan transportasi umum lainnya.
Hanya saja terkait tenant yang ada di stasiun LRT Jakarta ini jumlahnya terbatas sekali. Baik di stasiun Velodrome maupun Pegangsaan Dua, saya tidak menemukan adanya minimarket seperti stasiun kereta pada umumnya. Namun di stasiun Velodrome masih terdapat tempat lapak untuk berjualan yang ada di unpaid area. Sementara di stasiun Pegangsaan Dua, saya hanya menemukan vending machine dari Jumpstart yang menjual aneka makanan dan minuman.
Gate yang dipakai untuk tap-in dan tap-out juga memiliki model yang berbeda dengan gate di KRL, MRT ataupun LRT Jabodebek. Untuk kecepatan proses tap-nya kurang lebih sama seperti di KRL ataupun di LRT Jabodebek.
Headway dan Tarif
Untuk headway antar kereta di LRT Jakarta ini adalah 10 menit, baik di jam sibuk maupun di jam biasa.
Untuk tarifnya dari Velodrome ke Pegangsaan Dua sebesar Rp 5.000. Tarif ini berlaku flat untuk semua tujuan di stasiun LRT Jakarta lainnya.
Pengalaman Menjajal LRT Jakarta
Menuju ke Stasiun
Di bagian ini saya mau cerita terkait pengalaman saya saat mau menjajal LRT Jakarta ini. Sebelumnya saya akan ceritakan terlebih dahulu saat menuju ke stasiun LRT Jakarta terdekat yaitu stasiun Velodrome.
Dari Depok, waktu itu saya naik KRL Commuter Line lalu turun di stasiun Cikini dan keluar melalui pintu selatan stasiun Cikini. Selanjutnya setelah berjalan kaki beberapa ratus meter, saya melanjutkan perjalanan dengan naik bus Transjakarta rute 4C (Bundaran Senayan-TU Gas). Cara ini memang perlu effort lebih banyak karena harus berjalan kaki terlebih dahulu beberapa ratus meter.
Sebenarnya ada cara yang lebih praktis dan effortless yaitu dengan naik bus Transjakarta rute 4 atau 4D dari Manggarai. Hanya saja waktu itu saya lagi ogah buat transit di stasiun Manggarai. Sehingga saya memutuskan untuk naik bus dari sekitaran kawasan Cikini saja.
Setelah berada di bus Transjakarta rute 4C, selanjutnya saya turun di bus stop Jakarta International Velodrome. Adapun jarak antara bus stop ini dengan stasiun Velodrome jaraknya cukup dekat. Sekitaran 150-200 m.
Tiba di Stasiun
Saat itu saya mengunjungi stasiun LRT Velodrome setelah sebelumnya menyempatkan makan siang di restoran Bakmi Golek Rawamangun. Saat masuk ke stasiun Velodrome, dilakukan pengecekan barang oleh petugas keamanan stasiun. Pengecekan barang di stasiun LRT Jakarta ini tidak seketat di MRT Jakarta yang harus menggunakan alat x-ray scanner.
Saat menuju ke stasiun, saya tidak menemukan adanya eskalator ataupun lift yang mengalami gangguan. Dan tentunya saya tidak menemukan eskalator atau lift berlogo gunung itu yang terkenal karena kerusakannya.
Suasana di stasiun tidak seramai seperti stasiun KRL ataupun MRT, cenderung sepi.
Ada terdapat beberapa tenant kecil yang menjual produk makanan dan minuman di stasiun LRT Velodrome. Lokasinya berada di unpaid area. Salah satu tenant yang saya lihat waktu itu ada Golden Black Coffee, salah satu kopi favorit saya yang cabangnya ada di area Kemang.
Di stasiun LRT Velodrome ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti toilet dan mushola. Toilet dan mushola ini lokasinya ada di paid area, sehingga penumpang harus melakukan tap-in terlebih dahulu untuk menuju ke toilet dan mushola di stasiun ini.
Di stasiun Velodrome kalian juga bisa melihat ujung rel dari LRT Jakarta ini yang lokasinya tak jauh dari akses JPO menuju halte bus Transjakarta Pemuda Rawamangun. Namun kedepannya ujung rel di stasiun Velodrome ini tak akan menjadi ujung rel kembali karena akan diperpanjang hingga ke Manggarai.
Di setiap stasiun LRT Jakarta ini juga dilengkapi dengan platform screen door atau PSD di peronnya, sama seperti di LRT Jabodebek dan MRT Jakarta.
Masuk ke Kereta dan Interior LRT Jakarta
Beberapa menit kemudian, akhirnya saya kesampaian juga untuk masuk ke dalam kereta LRT Jakarta ini. Ada yang unik saat pertama kali naik ke keretanya. Saat kereta LRT Jakarta ini tiba di stasiun Velodrome dari Pegangsaan Dua, saya tidak bisa langsung menaiki keretanya. Kereta tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu setelah menurunkan penumpang di stasiun akhir, baik di Pegangsaan Dua maupun Velodrome. Setelah pembersihan selesai, barulah saya bisa masuk ke dalam keretanya.
Rangkaian kereta LRT Jakarta ini lebih pendek. Dalam satu rangkaian, terdapat dua kereta. Di setiap kereta, terdapat total empat pintu kereta, dua di sisi kiri dan dua lainnya di sisi kanan. Kereta LRT Jakarta ini juga terdapat kursi prioritas yang terletak disetiap pojok kursi dekat pintu kereta. Di kereta LRT Jakarta ini tidak terdapat tempat bagasi yang terletak di atas kursi seperti di KRL Commuter Line.
Untuk kursinya sendiri memang tidak seempuk di KRL Commuter Line, kurang lebih hampir sama seperti kursi yang ada di MRT Jakarta. Di setiap rangkaian juga terdapat satu petugas keamanan yang standby.
Di setiap kereta juga terdapat layar PIDS yang memberikan informasi terkait detail pemberhentian, stasiun tujuan akhir, hingga posisi kereta saat ini. Bahkan dalam layar PIDS ini juga menampilkan informasi terkait transit dari stasiun LRT Jakarta ke transportasi umum lainnya seperti Transjakarta.
My first impression terkait kereta LRT Jakarta ini: keretanya bersih, nyaman, dingin dan fasilitasnya lengkap.
Yang Unik di LRT Jakarta
Sebelum perjalanan dimulai, saya menemukan berbagai hal yang tidak ditemukan di moda transportasi berbasis rel lainnya. Beberapa hal tersebut diantaranya seperti implementasi roundel untuk penomoran stasiun hingga bel pemberitahuan. Mungkin bagi kalian yang pernah pergi ke Jepang, terutama Tokyo dan menaiki kereta bawah tanah atau subway Tokyo Metro, kalian pasti familiar logo penomoran di setiap stasiunnya. Adapun penomoran stasiun di LRT Jakarta ini juga mengadopsi style yang sama dengan penomoran stasiun yang ada di jalur kereta bawah tanah Tokyo Metro.
Di LRT Jakarta, style roundel-nya terdiri dari lingkaran luar berwarna orange yang menunjukkan warna jalur, huruf “S” yang menandakan singkatan dari nama lin atau jalurnya (dalam hal ini, S diartikan sebagai lin Selatan), serta nomor angka yang menunjukkan nomor urutan stasiunnya.
Selain penggunaan roundel, di LRT Jakarta juga menerapkan bunyi buzzer atau beep yang bisa dibilang mirip dengan yang ada di Tokyo Metro. Tapi peruntukkannya berbeda. Jika bunyi beep di Tokyo Metro digunakan untuk memberitahukan bahwa kereta akan segera berangkat, di LRT Jakarta digunakan sebagai penanda pintu kereta akan ditutup. Sebagai gambaran, bisa dilihat pada video dokumentasi yang saya punya di bawah ini.
Sepanjang Perjalanan
Waktu itu saya melakukan perjalanan dengan LRT Jakarta dari Velodrome ke Pegangsaan Dua (PP). Sepanjang perjalanan dengan LRT Jakarta, suasana di kereta cenderung sepi. Jumlah penumpang yang naik juga bisa dihitung dengan jari. Dan masih terdapat kursi yang kosong.
Keretanya berjalan dengan mulus, tidak ada pengereman mendadak. Saat kereta mengerem juga tidak terdapat bunyi decitan yang keras seperti di LRT Jabodebek. Untuk kecepatannya sendiri waktu saya coba ukur pakai aplikasi, kecepatannya bisa mencapai 60 km/jam di titik tertentu.
Dari pemantauan saya, kebanyakan penumpang LRT Jakarta naik dari stasiun Velodrome dan turun di stasiun Boulevard Utara. Di Boulevard Utara hampir semua penumpang turun disini karena lokasinya dekat dengan Mal Kelapa Gading. Selanjutnya selepas dari stasiun Boulevard Utara menuju ke Pegangsaan Dua, penumpang yang tersisa tinggal saya sendiri.
Di stasiun Pegangsaan Dua ini suasananya lebih sepi dari stasiun LRT Jakarta lainnya. Di stasiun Pegangsaan Dua ini juga terhubung dengan Depo Pegangsaan Dua sebagai tempat untuk menyimpan dan perawatan kereta LRT Jakarta. Saat tiba di stasiun Pegangsaan Dua, saya melakukan tap-out dan menyempatkan untuk keluar stasiun. Tidak banyak hal yang menarik di stasiun Pegangsaan Dua ini.
Lalu dalam perjalanan balik menuju ke Velodrome, jumlah penumpang yang naik juga tidak terlalu banyak. Kebanyakan naik dari stasiun Boulevard Utara dan turun di Velodrome.
First Impression
Setelah menjajal seluruh rute di LRT Jakarta dari Velodrome ke Pegangsaan Dua dan kembali lagi ke Velodrome, kesan pertama dari saya untuk LRT Jakarta ini yaitu nyaman, cepat, aman, dingin tapi sepi.
Untuk pelayanannya menurutku juga sangat baik. Begitu pula untuk fasilitasnya yang bisa dibilang sudah cukup memadai. Namun kedepannya agar bisa ditambahkan fasilitas seperti minimarket di stasiun tertentu.
Untuk rutenya sendiri karena memang tergolong pendek dan belum mencapai pusatnya kota Jakarta, jadi masih belum cukup untuk mengurangi tingkat kemacetan di sekitaran utara dan timur Jakarta, terutama di kawasan Kelapa Gading.
What’s Next? Pembangunan Fase 1B LRT Jakarta
Berkaca dari masih sedikitnya jumlah penumpang, okupansi dan pendeknya rute LRT Jakarta saat ini, akhirnya pada tahun 2023 lalu diputuskan untuk melanjutkan perpanjangan rute LRT Jakarta ke Manggarai. Saat ini pembangunan proyek fase 1B LRT Jakarta tengah dilakukan di beberapa titik seperti di sepanjang jalan Tambak, Pramuka hingga jalan Pemuda.
Di fase 1B ini akan terdapat lima stasiun tambahan yang akan dibangun yaitu stasiun Rawamangun, Pramuka BPKP, Pasar Pramuka, Matraman dan Manggarai. Ditargetkan pembangunan fase 1B ini dapat selesai pada tahun 2026 mendatang.
Penutup
Nah itulah, review sekaligus trip report dari saya saat pertama kali menjajal LRT Jakarta ini. Semoga rute LRT Jakarta ini bisa segera diperbanyak dan diperpanjang dalam waktu dekat, sehingga bisa menjangkau daerah Jakarta lainnya melalui transportasi umum.
Buat kalian yang belum pernah menjajal LRT Jakarta, atau penasaran dengan kereta buatan Korea Selatan, bisa banget untuk sesekali menjajal transportasi umum yang satu ini. Semoga trip report ini bermanfaat buat kalian yang ingin menjajal LRT Jakarta.
Referensi:
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/LRT_Jakarta