Jalan Margonda Raya merupakan salah satu jalan utama dan bisa dikatakan sebagai jalan protokolnya Kota Depok. Di sepanjang jalan inilah banyak sekali ditemukan pusat pertokoan, mall, apartemen, kampus dan sebagainya. Ada yang sudah berdiri sejak tahun 1990-an dan ada yang baru dibangun saat ini. Perkembangan dan perubahan wajah dari Jalan Margonda Raya ini juga tidak lepas dari perkembangan Kota Depok sendiri. Kota Depok yang pernah terkenal dengan kemacetannya jelas sekali tergambar dengan kemacetan yang terjadi di Jalan Margonda Raya sejak tahun 2000-an (hingga sekarang).
Di tulisan ini, saya akan membahas secara komprehensif terkait perkembangan di Jalan Margonda Raya. Sumber yang saya gunakan diantaranya baik dari pengalaman saya sendiri, arsip foto media seperti dari Tempo dan Kompas, dan sumber lainnya. Terkait arsip foto media, saya tidak akan mengunggahnya ke tulisan ini agar tidak berurusan terkait hak cipta (copyright).
Sejarah Singkat
Nama dari Jalan Margonda Raya diambil dari nama seorang pejuang kemerdekaan yang bernama Margana. Di tahun 1945, Margana bersama tokoh-tokoh pemuda di wilayah Depok dan Bogor mendirikan sekaligus memimpin gerakan kepemudaan bernama Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Margana atau yang lebih dikenal dengan nama Margonda, ikut serta dalam usaha melawan penjajah Belanda di wilayah Depok. Saat itu wilayah Depok masih dikuasai oleh pasukan NICA dari Belanda. Dalam usahanya tersebut, Margonda gugur pada tanggal 16 November 1945 di wilayah bernama Kali Bata, Depok. Daerah Kali Bata tersebut merupakan daerah bersungai yang berada di kawasan Pancoran Mas, Depok. Bukan Kalibata yang berlokasi di Jakarta.
Usaha yang dilakukan Margonda tersebut merupakan salah satu bentuk revolusi sosial yang dikenal dengan nama Gedoran Depok. Karena jasanya atas usaha melawan penjajah Belanda, nama Margonda kini dijadikan sebagai nama jalan di Kota Depok. Sayangnya tidak diketahui secara pasti sejak kapan jalan utama Kota Depok tersebut dinamakan Margonda oleh Pemerintah setempat. Namun yang pasti sejak tahun 1990-an, saat Kota Depok masih berbentuk Kota Administratif (Kotif) jalan tersebut sudah bernama Margonda Raya.
Margonda Raya di Tahun 1990-an
Kalau boleh jujur, sangat sulit untuk mendapatkan dokumentasi untuk mengetahui seperti apa Jalan Margonda Raya di tahun 1990-an. Satu-satunya sumber yang bisa saya dapatkan hanyalah dari arsip foto di Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT). Itupun hanya satu foto saja. Perkiraan saya berdasarkan gambar tersebut, Jalan Margonda Raya tidak selebar sekarang. Setiap jalur, baik arah Jakarta maupun sebaliknya hanya terdiri dari dua lajur. Tingkat kemacetan juga tidak separah saat ini karena jumlah penduduk Kotif Depok per akhir November 1996 hanya sebesar 418.290 jiwa. Untuk memudahkan hal apa saja yang sudah ada dan yang belum ada di Jalan Margonda Raya di tahun 90-an, berikut adalah list-nya:
- Belum ada bangunan apartemen bertingkat. Kemungkinan masih terdapat rumah kos-kosan yang berdiri disepanjang Jalan Margonda Raya.
- Sudah bermunculan ruko-ruko namun tidak sebanyak sekarang.
- Banyak sekali toko-toko kecil yang berkaitan dengan kegiatan mahasiswa seperti toko buku. Mengingat kampus Universitas Indonesia dan kampus Universitas Gunadarma sudah beroperasi di masa itu. Kampus Universitas Indonesia di Depok dibangun sejak tahun 1985-1986 dan resmi digunakan di tahun 1987. Sementara itu bangunan Kampus D Universitas Gunadarma di Margonda, Depok mulai dibangun pada tahun 1985 dan mulai digunakan awal 1987.
- Hanya terdapat dua Mal yang ada di Jalan Margonda Raya saat itu. Yaitu Plaza Depok (sekarang Ciplaz Depok) dan Mal Depok (sekarang Dmall). Dari kedua mal tersebut, ada yang menyebutkan bahwa Plaza Depok merupakan mal pertama di Kota Depok yang dibangun di Jalan Margonda Raya. Namun tidak diketahui secara pasti kapan Plaza Depok tersebut dibangun. Adapun Mal Depok resmi beroperasi sejak tahun 1996.
- Belum terdapat pertigaan Jalan Ir. H. Juanda dengan Jalan Margonda Raya. Saat itu belum ada Jalan Ir. H. Juanda yang menjadi akses alternatif menuju kawasan Cimanggis. Jalan Ir. H. Juanda sendiri baru dibangun tahun 2002-2003.
- Masih banyak pohon-pohon yang berada di sisi samping jalan. Penghijauan berupa pohon terletak di sisi pinggir jalan, bukan di tengah atau median jalan.
Margonda Raya di Tahun 2000-an
Di periode ini merupakan pertama kali saya ke Depok, sekitar tahun 2006 lalu. Dibandingkan dengan periode 90-an, di periode tahun 2000-an perkembangan yang terjadi di Jalan Margonda Raya sangatlah pesat. Perubahan status Depok dari Kota Administratif menjadi Kota Madya sejak April 1999 juga ikut men-trigger perkembangan di Kota Depok. Secara otomatis jumlah penduduk Kota Depok ikut bertambah signifikan tiga kali lipat dari 418.000 jiwa di tahun 1996 menjadi 1,3 juta jiwa di tahun 2003.
Mal, restoran, showroom dan tempat lainnya menjamur dengan sangat cepat di sepanjang jalan ini. Karena hal tersebut, Jalan Margonda Raya menjadi semakin macet. Dan sejak itulah Kota Depok dicap sebagai kota dengan kemacetan terparah yang membuat banyak orang enggan untuk pindah ke Depok, disamping infrastruktur jalan yang masih memprihatinkan. Perkembangan Kota Depok saat itu yang sebagian besar terjadi Jalan Margonda Raya membuat beberapa kalangan menyebutkan jika perkembangan Kota Depok bersifat “Margonda-sentris”. Berikut adalah perkembangan yang terjadi selama tahun 2000-an:
- Sejak tahun 2003, sudah terdapat pertigaan jalan Ir. H. Juanda (jalan baru) dengan Jalan Margonda Raya. Jalan Ir. H. Juanda sendiri resmi digunakan pada bulan Desember 2003.
- Ruko, showroom mobil, restoran dan tempat bisnis lainnya semakin banyak dan bervariasi.
- Bermunculannya mal baru seperti ITC Depok, Depok Town Square (Detos) dan Margo City. ITC Depok diresmikan penggunaannya sejak Agustus 2006. Mal Depok Town Square dibangun pada bulan Maret 2005 dan selesai sekitar bulan November-Desember 2005. Sementara Margo City diresmikan sekitar tahun 2006-2007.
- Dibangunnya apartemen pertama di Depok yaitu Margonda Residence 1 dan 2 sekitar tahun 2006.
- Jalan Margonda Raya mulai dilakukan pelebaran di beberapa titik sekitar tahun 2007-2009 dari dua lajur menjadi tiga lajur. Pohon-pohon di sisi samping jalan terpaksa ditebang akibat proyek pelebaran jalan tersebut.
Margonda Raya di Tahun 2010 – Sekarang
Di tahun 2010 hingga sekarang, Jalan Margonda Raya yang sudah penuh dan padat dengan bangunan kembali melanjutkan perkembangannya. Ruko, restoran, hotel dan tempat kuliner kekinian kembali bertebaran di sepanjang jalan. Bangunan apartemen terus bermunculan secara masif. Pelebaran jalan terus dilanjutkan dan menyebabkan penebangan beberapa pohon sehingga sepanjang jalan menjadi terlihat lebih panas dan gersang. Sementara itu berbagai fasilitas umum juga mulai dibuat di sepanjang jalan ini walaupun hasilnya masih jauh dari kata sempurna. Berikut adalah detail perkembangan yang terjadi selama periode 2010 – sekarang:
- Bermunculannya pembangunan apartemen secara masif. Berikut adalah sub-list apartemen yang dibangun sejak tahun 2010 hingga sekarang:
- Tahun 2011-2012: Taman Melati Margonda 1;
- Tahun 2013: Taman Melati Margonda 2, Margonda Residence 3, 4 dan 5, Park View Condominium, Saladdin Mansion;
- Tahun 2017-2018: Atlanta Apartment;
- Tahun 2018-2019: Female Apartment, Evenciio Apartment dan Apartemen Grand Zamzam.
- Renovasi dan modernisasi mal seperti Plaza Depok yang berubah menjadi Ciplaz Depok dan Mal Depok yang berubah menjadi Dmall.
- Tempat kuliner dan restoran kekinian terus bermunculan, semakin bertambah banyak dan bervariasi.
- Selain Hotel Bumi Wiyata yang sudah ada sejak dulu, di periode ini bermunculan hotel-hotel baru seperti The Margo Hotel, Sifaana Hotel, Hotel Santika Depok, Savero Hotel hingga favehotel Margonda.
- Sebagian besar ruas Jalan Margonda Raya sudah dilebarkan menjadi tiga lajur di setiap jalurnya. Mengakibatkan penghijauan di sepanjang jalan berkurang cukup signifikan. Namun di tahun 2013 dilakukan penataan kembali di sepanjang Jalan Margonda Raya dengan memperlebar median pembatas jalan serta penanaman pohon baru di median jalan.
- Implementasi jalur sepeda di beberapa titik serta pembuatan jalur cepat dan jalur lambat. Namun kenyataannya implementasi kedua hal ini tidak terlalu memberikan dampak yang positif untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
Permasalahan Kronis
Dari masa ke masa, Jalan Margonda Raya memang begitu berkembang dengan cepat. Banyak hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan akhirnya diwujudkan secara nyata. Namun masih saja ada permasalahan yang menahun dan belum terselesaikan hingga saat ini.
- Belum terdapat layanan transportasi umum yang bisa diandalkan di sepanjang Margonda. Saat ini mayoritas masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju suatu tempat di Margonda. Walaupun terdapat banyak angkot atau mikrolet, sebagian besar masyarakat sudah mulai meninggalkan moda transportasi tersebut dan lebih memilih menggunakan ojek online yang bisa diandalkan. Seharusnya ada rute tambahan bus TransJakarta baru yang beroperasi di sepanjang Jalan Margonda Raya, misalkan Depok-Lebak Bulus atau Depok-Blok M. Rute bus feeder TransJakarta yang ada saat ini tidak terlalu memberikan dampak yang efektif guna mengurangi kemacetan.
- Pejalan kaki masih belum menjadi prioritas. Trotoar memang sudah dibuat di beberapa titik, namun kualitasnya tergolong seadanya. Banyak bagian trotoar yang sudah rusak karena dilindas kendaraan, maintenance yang tidak rutin atau memang bahannya yang tidak berkualitas. Belum lagi minimnya penghijauan di sepanjang trotoar yang membuat orang enggan untuk berjalan kaki di jalan tersebut. Ditambah lagi dengan pengerjaan saluran air yang termasuk ‘proyek abadi’ di sepanjang jalan ini yang justru membuat trotoar menjadi cepat rusak.
Referensi
Arsip Foto Pusat Data dan Analisa Tempo: https://datatempo.co/
Arsip Foto Kompas Data: https://www.kompasdata.id/
Wikipedia Bahasa Indonesia (Margonda): https://id.wikipedia.org/wiki/Margonda
Depok Tren – Asal Usul Jalan Margonda: http://www.depoktren.com/2013/10/23/asal-usul-jalan-margonda/
https://www.itcshoppingfestival.com/itc-depok/
https://web.archive.org/web/20010109214200fw_/http://suarapembaruan.com/News/1999/04/270499/Kota/kt07/kt07.html
https://web.archive.org/web/20160313122724/http://pu.go.id/uploads/berita/ppw0312032.htm