Trip Report: Healing Naik KA Bima! Tapi Kok Ada yang Kurang?

Review Trip Report Naik KA Bima pada bulan Maret/April 2022
Review Trip Report Naik KA Bima pada bulan Maret/April 2022

Update: 2 Oktober 2022

Akhirnya setelah menunggu selama lima tahun, di tahun 2022 ini saya kembali naik salah satu kereta api legendaris yaitu KA Bima. Terakhir saya naik KA Bima pada awal tahun 2017 lalu. Tapi sayangnya saat itu saya tidak membuat trip report-nya. Trip report terakhir terkait KA Bima saya buat di tahun 2015 lalu. Selengkapnya bisa dibaca di tautan ini. Di trip report KA Bima kali ini akan menjelaskan pengalaman saya naik KA Bima dari Jakarta ke Madiun pada Maret 2022 lalu.

Catatan Penulis:

Review dan tulisan ini dibuat pada bulan Maret 2022 yang lalu. Per tanggal 28 September 2022, KA Bima akhirnya dapat dijalankan dengan kecepatan maksimal 120 km/jam sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih singkat dan tiba di tujuan lebih cepat.

KA Bima Sudah Banyak Berubah

Selama kurun waktu lima tahun, sudah banyak perubahan yang terjadi di KA Bima. Di tahun 2017 lalu, KA Bima masih menggunakan rangkaian eksekutif mild steel buatan INKA angkatan tahun 2016. Saat itu pula relasi KA Bima sudah diperpanjang hingga ke Malang. Namun semenjak era pandemi, banyak rute kereta api yang dilakukan perubahan, termasuk KA Bima ini.

Saat ini KA Bima sudah kembali dengan rute aslinya yaitu Gambir – Surabaya Gubeng. Rutenya tetap melalui lintas selatan, via Purwokerto dan Yogyakarta. Adapun untuk rangkaian yang digunakan saat ini sudah menggunakan rangkaian eksekutif stainless steel buatan INKA angkatan tahun 2018. Saat ini sudah ada banyak kereta api yang menggunakan rangkaian stainless steel. Selain KA Bima, kereta api lainnya seperti KA Taksaka juga menggunakan rangkaian yang serupa.

Alasan Naik KA Bima

Sebenarnya alasan saya naik KA Bima kali ini lebih karena memang saya sudah lama tidak naik kereta ini. Dulu waktu saat pulang kampung, biasanya saya sering naik KA Bima. Jadi bisa dibilang saya termasuk pengguna setia dari KA Bima ini. Kemudian semenjak saya kuliah hingga sebelum pandemi, saya lebih sering naik KA Bangunkarta karena harganya yang agak miring. Saat itu KA Bangunkarta masih full kelas eksekutif dan masih berangkat dari stasiun Gambir. Akan tetapi KA Bangunkarta dari segi tarifnya lebih murah dari KA Bima. Dan hal itulah yang membuat saya lebih memilih KA Bangunkarta yang dari segi biaya saat itu masih terbilang cukup worth it.

Namun semenjak dilakukan perubahan GAPEKA yang terakhir, KA Bangunkarta mengalami downgrade besar-besaran. Yang awalnya full eksekutif, kini dibagi menjadi kelas eksekutif dan kelas ekonomi. Tidak tanggung-tanggung, KA Bangunkarta kini pindah pemberangkatan yang awalnya dari stasiun Gambir kini dipindah ke stasiun Pasar Senen. Tidak hanya itu, dari segi jam pemberangkatan juga sudah tidak cocok lagi bagi saya yang lebih memilih perjalanan kereta di malam hari. Tapi kalau tidak salah ingat, saya pernah menonton salah satu review di YouTube kalau Bangunkarta saat ini sudah kembali ke ‘habitat’ aslinya. Yaitu saat Bangunkarta sebelum ‘naik kelas’ dengan kereta full eksekutif dan berangkat dari stasiun Gambir.

Adapun alasan lainnya kenapa saya naik KA Bima ini adalah karena saya penasaran dengan taspat atau kecepatan maksimum KA Bima saat ini. Sejak tahun 2021 lalu sudah dilakukan berbagai uji coba kecepatan untuk kereta tertentu sehingga bisa digeber hingga kecepatan 110-120 km/jam. Kereta yang mengalami upgrade kecepatan hanyalah rangkaian kereta dengan trainmark F yang banyak digunakan di kereta kelas eksekutif. Kereta yang sudah bisa beroperasi dengan kecepatan hingga 120 km/jam saat ini diantaranya yaitu kereta kelas argo seperti Argo Bromo Anggrek hingga kereta kelas eksekutif seperti Gajayana dan Taksaka. Nah, apakah KA Bima termasuk salah satu kereta yang ditingkatkan kecepatannya?

Harga Tiket

Untuk harga tiket KA Bima yang kemarin saya dapatkan adalah seharga Rp 450.000. Harga tersebut merupakan harga termurah yang bisa diperoleh untuk KA Bima ini. Jika dibandingkan dengan kereta lainnya, untuk KA Gajayana harga termurahnya saat ini adalah Rp 460.000. Adapun untuk KA Brawijaya harga termurahnya adalah Rp 440.000. Tiket dapat dipesan melalui aplikasi KAI Access, situs resmi PT KAI atau melalui aplikasi dan e-commerce lainnya.

Susunan Rangkaian

KA Eksekutif Bima Stainless Steel
Rangkaian KA Bima yang menggunakan rangkaian eksekutif stainless steel buatan INKA tahun 2018.

Untuk susunan rangkaian KA Bima yang digunakan saat itu adalah menggunakan lokomotif CC 206. KA Bima yang saya naiki ini membawa sebanyak 9 kereta eksekutif, 1 kereta pembangkit, 1 kereta makan dan 1 kereta kelas Priority. Untuk kereta Priority letaknya berada di bagian paling belakang pada rangkaian ini.

Adapun untuk kereta kelas eksekutif dan kereta makan dari KA Bima ini menggunakan kereta stainless steel buatan INKA yang ber-trainmark F. Yang berarti kereta ini bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 120 km/jam. Tapi untuk kereta pembangkit dan kereta Priority saya tidak mengetahui trainmark-nya apakah F atau E.

KA Eksekutif Bima Stainless Steel
KA Bima kereta nomor 6 dengan penomoran K 1 0 18 131 menggunakan stiker iklan aplikasi KAI Access.

Pada trip report dengan KA Bima kali ini, saya berada di kereta nomor 6 yang memiliki nomor K1 0 18 131, yang berarti:

K1Kereta kelas eksekutif
0Kereta tanpa penggerak
18Tahun pembuatan (2018)
131Nomor urut
Keterangan penomoran pada kereta

Dan yang menariknya adalah kereta yang saya naiki di eksekutif 6 ini, termasuk kereta makan menggunakan stiker spesial iklan KAI Access. Sementara kereta di nomor lainnya tidak terdapat stiker di bagian luarnya. Kereta eksekutif 6 ini memiliki berat maksimal 44.000 kg dengan menggunakan bogie K10. Kapasitas maksimal per keretanya adalah 50 penumpang.

Fasilitas dan Interior Kereta

Di kereta eksekutif stainless steel KA Bima ini memiliki berbagai fasilitas yang tersedia. Seperti kursi yang bisa direbahkan, meja makan lipat, sandaran kaki (footrest), tempat charger smartphone, kantong plastik (sickness bag), lampu baca hingga TV.

Kursi kereta kelas eksekutif (KA Bima)
Meja lipat dan tempat charger smartphone pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)
Fasilitas lampu baca dan petunjuk jalur evakuasi pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)
Fasilitas lampu baca dan petunjuk jalur evakuasi pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)
Sandaran kaki pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)
Fasilitas TV pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)
Fasilitas TV pada kereta api kelas eksekutif (KA Bima)

Dari semua fasilitas yang tersedia, menurut saya hanya TV yang saya rasa paling useless disini. Sebenarnya tidak hanya di KA Bima saja, saat saya naik KA Argo Parahyangan kelas ekonomi Desember 2021 lalu pun keberadaan TV ini juga tidak terlalu memberikan manfaat. Sekadar saran dari saya, agar TV ini lebih baik menampilkan informasi mengenai stasiun selanjutnya, waktu tiba di stasiun selanjutnya dan infomasi lainnya yang lebih informatif bagi penumpang.

Dari segi interior, KA Bima ini menggunakan kursi kulit dengan ciri khas warna biru muda dan krem. Kursi seperti ini sudah menjadi ciri khas kereta eksekutif saat ini. Berikut di bawah ini adalah tampilan dari interior KA Bima.

Interior KA Bima - Stainless Steel (2022)
Area bordes kereta ekskutif KA Bima
Interior KA Bima - Stainless Steel (2022)
Area lorong/koridor KA Bima

Area Toilet

Salah satu bagian yang berbeda dan tidak dimiliki oleh beberapa kereta eksekutif lainnya yaitu toilet. Di KA Bima ini, toilet dibagi berdasarkan gender yaitu toilet khusus pria dan toilet khusus wanita. Letak kedua toilet tersebut bersebelahan dan lebih dekat dengan kursi bernomor besar (kursi nomor 13, 12, 11 dan seterusnya).

Interior Toilet KA Bima (2022)
Interior toilet pria di KA Bima.
Interior Toilet KA Bima (2022)

Dalam toilet ini terdapat fasilitas seperti wastafel, tempat sabun, kaca, gantungan pakaian, kloset duduk, tisu, semprotan hingga tempat sampah. Dan semuanya masih berfungsi dengan baik. Salah satu hal yang membedakan toilet pria dan wanita adalah terdapat desain gambar pria pada toilet pria seperti pada gambar di atas. Jadi kalian tidak perlu khawatir lagi jika salah masuk toilet. Di area bordes kereta juga diberikan petunjuk arah letak dari masing-masing toilet baik toilet pria maupun wanita.

Di toilet pada kereta generasi terbaru juga terdapat semacam indikator apakah toilet tersebut sedang dipakai atau kosong. Indikator tersebut dapat dilihat pada bagian tengah pinggir pintu toilet. Jika indikator menunjukkan warna merah, maka artinya toilet tersebut sedang digunakan atau dikunci. Jika berwarna hijau berarti toilet tersebut kosong atau tidak dikunci sehingga dapat digunakan.

Review Perjalanan

KA Bima berangkat tepat waktu pada pukul 17.05 WIB dari stasiun Gambir. KA Bima ini berhenti di beberapa stasiun kota besar seperti Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun hingga Surabaya. Dalam perjalanan ini saya hanya meng-cover perjalanan dari Jakarta Gambir hingga Madiun saja. Berikut adalah rekapitulasi perjalanan dengan KA Bima yang saya catat sepanjang perjalanan.

StasiunJam KedatanganJam Kedatangan Berdasarkan JadwalJam KeberangkatanKeterangan
Gambir 17.05Tepat waktu
Cirebon19.4919.5119.55Tiba lebih cepat 2 menit
Purwokerto21.5622.0022.05 Tiba lebih cepat 4 menit
Kroya22.2922.3022.32 Tiba lebih cepat 1 menit
Yogyakarta00.2500.2400.19Terlambat 1 menit
Solo Balapan01.1501.1201.18Terlambat 3 menit
Madiun02.2502.22Terlambat +/- 3 menit
Rekapitulasi Perjalanan KA Bima

Dari catatan yang saya buat, KA Bima kali ini tiba lebih cepat 4 menit di Purwokerto. Namun setelahnya KA Bima mengalami keterlambatan antara 1-3 menit. Tidak bisa dipastikan penyebab dari keterlambatan tersebut. Namun pada pukul 20.58, KA Bima sempat berhenti luar biasa (BLB) di stasiun Linggapura. Dalam kondisi normal, KA Bima berjalan langsung di stasiun Linggapura. Namun karena saat ini terdapat jembatan Kali Glagah yang longsor dan berlokasi tak jauh dari stasiun tersebut, antara petak stasiun Linggapura hingga Bumiayu hanya satu jalur saja yang beroperasi. Sehingga kereta yang lewat harus bergantian saat melintasi petak tersebut.

Pada pukul 21.15, KA Bima kembali mengalami berhenti luar biasa (BLB) di stasiun Bumiayu. Kali ini KA Bima bersilang dengan KA Senja Utama Yogya. Dalam perjalanan yang saya catat, KA Bima melewati dua terowongan yaitu terowongan Notog dan terowongan Kebasen. KA Bima melewati terowongan Notog pada pukul 22.14 dan melewati terowongan Kebasen pada pukul 22.18.

IMG 2605
Sambungan KA Bima yang hingga saat ini masih belum menggunakan sambungan akordeon

Selama perjalanan dengan menggunakan KA Bima ini, dari segi kekedapan suara menurut saya relatif lebih baik dibandingkan dengan kereta eksekutif generasi lama (2016 ke bawah). Suara berisik dari gesekan roda kereta dengan rel saat melewati tikungan relatif tidak terlalu terdengar. Salah satu faktornya adalah pintu antara area bordes dengan koridor kereta yang masih mudah untuk tertutup rapat. Sedangkan pada kereta eksekutif generasi lama, pintu tersebut terkadang suka terbuka sendiri walaupun sudah ditutup. Walaupun demikian, jika berpindah ke area bordes, suara berisik tersebut masih sangat terdengar karena KA Bima masih belum menggunakan sambungan akordeon. Beberapa bulan lalu sudah ada rangkaian kereta yang dilakukan ujicoba dengan sambungan akordeon seperti KA Taksaka.

Akan tetapi soal suspensi, terkadang di beberapa lokasi yang relnya tidak rata saat duduk suka berasa seperti mantul-mantul. Sepengalaman saya saat naik kereta eksekutif yang generasi lama untuk suspensinya tidak separah seperti ini. Waktu itu saya pernah menonton salah satu video review naik kereta dan membaca komentar di YouTube kalau goncangan di kereta eksekutif stainless steel ini lebih terasa jika dibandingkan dengan kereta ekeskutif generasi terdahulu. Untuk pendingin udara atau AC terbilang cukup dingin dan berasa lebih dingin lagi saat perjalanan pada dini hari.

Di perjalanan ini, mode malam mulai dilakukan sekitar pukul 21.30 malam. Mode malam dilakukan dengan menonaktifkan lampu tengah dan mengaktifkan lampu yang letaknya dekat kaca jendela. Dan tak lupa dalam perjalanan ini, setiap penumpang mendapatkan fasilitas lainnya berupa Covid-19 Kit berisikan masker dan tisu basah serta selimut secara gratis.

IMG 2608
Selimut dan Covid Kit yang dibagikan ke penumpang

Pengecualian (Hal yang Tidak Saya Review)

Jadi dalam trip report KA Bima kali ini, saya tidak mereview juga terkait layanan restorasi, makanan hingga minuman yang disediakan. Karena saat perjalanan saya tidak mampir ke kereta restorasi dan membeli makanan di restorasi. Saat itu saya sudah beli makanan sejak tiba di stasiun Gambir. Jadi hal tersebut tidak saya nilai dan review dalam tulisan ini. Tapi saya berharap variasi makanan di restorasi bisa lebih banyak dan tentunya ada live cooking-nya juga.

Tapi Masih Ada yang Kurang…

Sebagus-bagusnya KA Bima, nyatanya masih ada beberapa kekurangan sepanjang perjalanan ini. Dari trip report KA Bima yang saya buat ini, terdapat beberapa kekurangan yang mungkin sudah saya sebutkan sebelumnya seperti suspensi hingga belum digunakannya sambungan akordeon.

Tapi ada satu hal yang saya catat bahwa kekurangan utama dari KA Bima ini adalah kurang cepat, dalam hal ini dari segi kecepatannya. Dalam hal kecepatan, KA Bima masih kalah cepat dengan KA Taksaka hingga KA Gajayana yang sudah bisa melaju dengan kecepatan 110-120 km/jam walaupun sama-sama di kelas eksekutif.

Mungkin kalian pernah mendengar kabar di awal 2022 lalu bahwa beberapa kereta siap berjalan dengan kecepatan maksimal antara 110-120 km/jam. Dan hanya kereta tertentu saja yang bisa melaju dengan kecepatan maksimal 120 km/jam. Kereta yang bisa melaju dengan kecepatan maksimal 120 km/jam hanyalah kereta dengan rangkaian ber-trainmark F, tanpa terkecuali. Jika dalam rangkaian kereta tersebut terdapat satu saja kereta dengan trainmark E atau D, maka kereta tidak dapat melaju dengan kecepatan 120 km/jam meskipun kereta lainnya memiliki trainmark F.

IMG 2612
Kecepatan yang tercatat pada aplikasi speedometer.

Nah, dalam perjalanan kali ini saya menggunakan aplikasi speedometer untuk mengukur kecepatan kereta. Kecepatan tertinggi yang tercatat adalah sebesar 100 km/jam. Kalaupun sempat tercatat hingga 104 km/jam, itupun biasanya GPS-nya yang agak nge-bug. Rata-rata kecepatan tertingginya adalah sekitar 96-97 km/jam. Dari informasi ini, dapat diketahui bahwa dalam satu rangkaian KA Bima terdapat satu kereta yang belum ber-trainmark F. Kemungkinan besar kereta yang belum ber-trainmark F ini adalah kereta Priority-nya.

Tapi kalau dilihat berdasarkan jadwal dan kedatangannya, KA Bima ini memang kelihatannya didesain untuk bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. Ini bisa dilihat pada tabel rekapitulasi kedatangan dan keberangkatan yang saya buat di atas, dimana selisih keterlambatan tidak terlalu jauh. Seandainya saja KA Bima bisa melaju dengan kecepatan 110-120 km/jam, mungkin KA Bima akan sampai di Madiun 30 menit lebih awal. Tapi jika dibandingkan dengan jadwal KA Bima belasan tahun yang lalu, terlihat sekali perubahan jadwal pada KA Bima yang kini lebih cepat. Di tahun 2000an, KA Bima tiba di Madiun sekitar pukul 4 pagi. Lebih cepatnya perjalanan kereta saat ini tentunya berkat jalur kereta selatan yang sebagian besar sudah double track.

Kesimpulan

Secara menyeluruh dari trip report KA Bima yang saya buat ini, saya merasa puas dengan layanan yang diberikan sepanjang perjalanan dari awal hingga akhir. Ya, walaupun memang masih ada beberapa kekurangan tapi setidaknya bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi KAI supaya layanannya bisa lebih maksimal lagi. Dan tentunya saya yakin KA Bima yang merupakan salah satu kereta legendaris ini akan tetap menjadi andalan dan pilihan bagi kalian yang ingin healing ke beberapa kota besar di Jawa.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.