Pada konten sebelumnya terkait pengalaman solotrip ke Solo, saya sempat menyebutkan kalau saya naik KA Manahan untuk perjalanan solotrip kala itu. Nah, di konten ini saya akan menjelaskan serta review secara lebih mendalam pengalaman saya saat naik KA Manahan ini.
Baca juga: Pengalaman Solotrip ke Solo: Itinerary, Aktivitas, dan Biaya yang Dikeluarkan
Bagi saya pribadi, pengalaman naik KA Manahan ini terbilang unik karena ini pertama kali saya naik kereta api jarak jauh sendirian. Biasanya saya naik kereta jarak jauh kalau nggak bersama orang tua, teman, atau rekan kerja. Tapi kali ini sendirian, udah itu full trip dan bolak-balik lagi. Semuanya saya lakukan sendirian mulai dari pesan tiket, boarding hingga selama perjalanan di keretanya.
Sekilas Tentang KA Manahan
Kereta Api Manahan, atau KA Manahan merupakan salah satu kereta api kelas eksekutif dengan tujuan akhir stasiun Solo Balapan. KA Manahan ini dulunya bernama KA Argo Dwipangga Tambahan. Jadi bisa dikatakan kalau kereta api ini sebelumnya termasuk kereta kelas Argo, tapi sifatnya tambahan, bukan reguler. Kemudian KA Argo Dwipangga Tambahan ini berubah menjadi KA Manahan seperti saat ini.
Walaupun kereta ini sudah punya nama sendiri, tapi dari segi jadwalnya KA Manahan ini masih bersifat fakultatif. Dalam artian kereta ini dijalankan pada waktu tertentu saja, tergantung dari tingkat kebutuhan atau demand perjalanannya.
Yang menarik adalah KA Manahan ini ternyata juga punya kereta tambahannya juga yaitu KA Manahan Tambahan. Unik juga sih ya, kereta yang jadwalnya fakultatif ini bisa-bisanya punya jadwal tambahannya juga.
Kereta ini memiliki relasi dari Gambir ke Solo Balapan. Perjalanan dengan kereta api ini dimulai pada pagi hari, baik dari Jakarta maupun dari Solo Balapan. Dan sampai ditujuan akhir sekitar pada waktu Maghrib. Jadi kereta yang satu ini memang cocok banget buat yang ingin bepergian dengan kereta api sambil menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan.
Rangkaian Kereta yang Digunakan
Saat ini, kereta api Manahan normalnya masih menggunakan rangkaian kereta eksekutif mild steel lawas batch tahun 80an-2000an. Tapi terkadang juga menggunakan trainset rangkaian stainless steel batch tahun 2018-2019. Disaat kereta eksekutif lainnya sedang dilakukan upgrade rangkaian kereta ke rangkaian terbaru, kereta api Manahan ini masih setia dengan rangkaian kereta lamanya.
Intinya sih, jenis rangkaian keretanya sendiri kadang susah ditebak. Ada yang pakai rangkaian dengan kaca lebar, ada yang rangkaian kaca pesawat, dan ada yang pakai stainless steel. Random banget pokoknya.
Justru malah kereta api Manahan Tambahan yang pernah mendapatkan rangkaian kereta terbaru yaitu stainless steel new generation (SSNG) di tahun 2024 ini. Karena hal tersebutlah, kereta Manahan Tambahan ini dijuluki sebagai kereta spesialis comot rangkaian. Karena untuk kereta Manahan Tambahan beberapa waktu yang lalu masih belum memiliki rangkaian trainset yang fix seperti kereta eksekutif pada umumnya.
Selain kereta kelas eksekutif, kereta ini juga menarik kereta kelas Priority juga yang letaknya berada di ujung rangkaian kereta. Kereta kelas Priority yang biasa disebut dengan nama Manahan Priority ini memiliki berbagai fasilitas yang lebih lengkap dan nyaman, namun tentunya dengan harga yang lebih mahal. Kurang lebih fasilitas dan layanan yang tersedia pada kereta Manahan Priority ini hampir sama dengan yang pernah saya dapatkan saat naik KA Argo Parahyangan Priority akhir tahun 2023 lalu.
Baca juga: Selayang Pandang dari Kereta Mewah: Pengalaman Perdana Naik Kereta Api Argo Parahyangan Priority
Nah, dalam perjalanan dengan KA Manahan lalu, saya mendapatkan rangkaian kereta dengan kaca pesawat saat berangkat ke Solo. Sementara pada perjalanan pulang, saya mendapatkan rangkaian kereta lawas dengan kaca lebar. Dua-duanya menggunakan rangkaian kereta berjenis mild steel.
Karena rangkaian kereta yang saya naiki merupakan rangkaian kereta lawas, jadi ada beberapa kereta yang trainmark-nya masih “E”, yang berarti kereta tersebut hanya dapat berjalan dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. Saat ini, kereta api yang bisa dijalankan hingga kecepatan maksimal 120 km/jam adalah rangkaian kereta yang seluruh rangkaiannya ber-trainmark “F”.
Dalam perjalanan berangkat dari Gambir ke Solo Balapan, kereta yang saya tempati waktu itu merupakan kereta mild steel kaca pesawat dengan trainmark “F”. Sementara kereta mild steel kaca lebar yang ada di belakang kereta yang saya tempati punya trainmark “E”. Dari hal tersebut, dapat diartikan bahwa kereta api Manahan ini kecepatan maksimalnya adalah 100 km/jam saja.
Rute Kereta Api Manahan
Untuk rutenya, kereta ini melewati rute selatan melalui beberapa kota besar disekitarnya. Dari stasiun Gambir, kereta ini melewati jalur kereta Pantura hingga kota Cirebon terlebih dahulu. Selanjutnya kereta ini berbelok menuju ke arah selatan, via Purwokerto dan Kroya. Kemudian kereta ini melanjutkan perjalanannya menuju kota-kota besar lainnya seperti Kutoarjo, Yogyakarta, Klaten, hingga Solo Balapan.
Adapun stasiun pemberhentian dari kereta api Manahan dengan tujuan akhir Solo Balapan adalah sebagai berikut:
1. Cirebon (Kejaksaan)
2. Purwokerto
3. Kroya
4. Kebumen
5. Kutoarjo
6. Yogyakarta
7. Klaten
8. Solo Balapan
Sementara itu untuk stasiun pemberhentian kereta api Manahan dengan tujuan akhir stasiun Gambir adalah sebagai berikut:
1. Klaten
2. Yogyakarta
3. Kutoarjo
4. Kroya
5. Purwokerto
6. Cirebon (Kejaksaan)
7. Cikarang
8. Jatinegara
9. Gambir
Karena kereta ini melewati rute selatan yang eksotis dan perjalanannya dilakukan mulai dari pagi hari, di sepanjang perjalanan dengan kereta ini kalian bisa mendapatkan berbagai momen untuk menikmati pemandangan dan panorama keindahan di daerah yang akan dilintasi. Mulai dari melewati perbukitan hijau, jembatan sungai Serayu, terowongan Ijo dan Kebasen, kelok Mertan, dan masih banyak lagi.
Jadwal Kereta Api Manahan
Untuk jadwalnya, berdasarkan grafik perjalanan kereta atau Gapeka yang berlaku saat ini, kereta ini memiliki dua jadwal yaitu saat pagi hari dan malam hari. Ini berlaku untuk keberangkatan dari manapun, baik dari Gambir atau dari Solo Balapan.
Dari stasiun Gambir, keberangkatan pagi untuk kereta ini (nomor kereta 80F) yaitu pada jam 10.30 WIB dan akan tiba di stasiun Solo Balapan pada pukul 18.30 WIB. Durasi perjalanan dari stasiun Gambir yaitu selama 8 jam perjalanan.
Adapun untuk keberangkatan malam dari stasiun Gambir (nomor kereta 82F), kereta berangkat pada pukul 22.50 WIB dan akan tiba di stasiun Solo Balapan pada pukul 06.55 WIB keesokan harinya. Durasi perjalanannya yaitu 8 jam 5 menit.
Lalu untuk perjalanan dari stasiun Solo Balapan ke Gambir (nomor kereta 79F), kereta dengan keberangkatan pagi hari diberangkatkan pada pukul 09.45 WIB dan akan tiba di stasiun Gambir pada pukul 18.03 WIB. Durasi perjalanannya yaitu 8 jam 18 menit.
Kemudian untuk keberangkatan malam (nomor kereta 81F), dari stasiun Solo Balapan kereta diberangkatkan pada pukul 22.35 WIB dan tiba di stasiun Gambir pada pukul 06.36 WIB keesokan harinya, Durasi perjalanannya yaitu 8 jam 1 menit.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Harga Tiket
Jika dibandingkan dengan kereta Solo lainnya seperti Argo Dwipangga, Argo Lawu, dan kereta eksekutif lainnya, harga tiket untuk KA Manahan ini sedikit lebih miring dibandingkan dengan kereta argo yang saya sebutkan sebelumnya.
Range harga tiket untuk kereta api Manahan ini berkisar antara Rp440.000-740.000, tergantung dari subkelasnya. Harga tersebut merupakan harga tiket saat hari libur nasional, berlaku pula pada hari akhir pekan. Kalau saat hari kerja biasa, harganya bisa lebih murah lagi.
Saat ini, subkelas di kereta eksekutif jadi lebih banyak. Kalau dulu subkelasnya terdiri dari subkelas J, H, I, A, dan AA, kali ini berubah menjadi J, H, I, A, AA, AB, AC, dan AD. Dimana subkelas J merupakan subkelas dengan harga termurah, sementara subkelas AD merupakan subkelas dengan harga termahal. Mau subkelas manapun, selama masih dalam satu kereta yang sama, fasilitas yang diperoleh pun juga sama.
Sementara jika kalian naik yang di kelas Priority, harga tiketnya jauh lebih mahal lagi. Untuk harga tiket KA Manahan Priority, harganya sebesar Rp1.000.000 per penumpang, dari Gambir ke Solo Balapan.
Fasilitas
Untuk fasilitas yang tersedia pada kereta ini bisa dibilang cukup standar seperti kereta eksekutif pada umumnya. Mulai dari reclining seat atau kursi yang bisa direbahkan, meja makan lipat, footrest, charger smartphone/laptop, tatakan minuman, kantung sampah, bagasi, dan lain-lain.
Kursi yang digunakan sama seperti kursi kereta eksekutif kebanyakan yaitu menggunakan kursi dengan bahan kulit berwarna putih agak krem dan warna biru muda, mirip seperti permen Pindy.
Untuk gordyn, kereta model lama seperti Manahan ini masih menggunakan gordyn geser model lama, bukan gordyn tarik seperti pada kereta dengan rangkaian yang lebih baru.
Kereta ini juga dilengkapi dengan fasilitas pelengkap lain seperti TV, semprotan pewangi, dan lain-lain. Seperti biasa, menurut saya keberadaan TV ini tidak terlalu berguna untuk memberikan hiburan bagi penumpang di dalam kereta.
Untuk lampu penerangan di kereta, masih menggunakan lampu tengah yang cukup besar dan bikin mata jadi agak silau. Beda sekali dengan penerangan di kereta stainless steel ataupun stainless steel next generation.
Saat berangkat dengan kereta ini dari Gambir ke Solo Balapan, saya duduk di kereta rangkaian mild steel berjendela pesawat. Dan ternyata di kereta tersebut juga ada tempat bagasi tambahan yang letaknya berada di ujung, dekat dengan pintu kabin kereta. Bagasi tersebut tidak terlalu luas, tapi bisa menambah kapasitas untuk menyimpan bagasi atau koper.
Karena kereta yang digunakan merupakan kereta lawas, jadi ada beberapa fasilitas dan fitur yang tidak dimiliki oleh kereta ini. Salah satunya yaitu pintu otomatis, baik pintu kereta maupun pintu ke kabin kereta. Pintu kereta harus dibuka dan ditutup secara manual. Sambungan keretanya juga masih menggunakan sambungan karet, bukan sambungan akordeon.
Namun ada satu hal yang cukup mencengangkan dari kereta ini yaitu interior toiletnya. Walaupun interior rangkaian keretanya jadul, tapi interior toiletnya tidaklah terlihat jadul. Toilet yang ada di kereta ini sudah dilakukan peremajaan dari segi tampilan interiornya sehingga terlihat lebih menarik. Toiletnya sudah menggunakan toilet duduk. Di toiletnya, telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas lainnya seperti bidet, wastafel, sabun cuci tangan, cermin, hand dryer, gantungan, tempat sampah. Luas toiletnya tidak seluas seperti pada kereta stainless steel. Toiletnya juga tidak dibuat terpisah berdasarkan gender. Sehingga di toilet ini tidak terdapat toilet khusus pria atau toilet khusus wanita.
Trip Report
Selanjutnya saya akan menceritakan trip report saya saat naik KA Manahan ini. Trip report ini dibagi jadi dua bagian, yaitu saat berangkat dari Gambir ke Solo Balapan, serta saat pulang dari Solo Balapan ke Gambir.
Perjalanan Menuju Solo Balapan
Kali itu, saya menggunakan KA Manahan keberangkatan pagi dalam rangka solotrip ke kota Solo. Di perjalanan kali ini, saya naik kereta ini secara fulltrip dari Gambir ke Solo Balapan. Saya tiba di stasiun Gambir sekitar pukul 9 pagi. Sebelum masuk ke area peron stasiun Gambir, setiap penumpang wajib untuk melakukan check-in terlebih dahulu. Adapun di stasiun Gambir saat ini proses check-in sudah bisa dilakukan dengan melakukan scan wajah atau melakukan recognizition face di mesin yang sudah tersedia. Untuk bisa melakukan scan melalui alat recognizition face, sebelumnya wajib untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu secara manual di stasiun, atau bisa secara langsung melalui aplikasi KAI Access.
Sembari menunggu KA Manahan tiba, saya menyempatkan untuk hunting kereta sebentar di stasiun Gambir. Waktu itu masih ada KA Argo Cheribon serta KA Sembrani di stasiun Gambir yang diberangkatkan terlebih dahulu.
Setelah kereta yang saya naiki tiba di Gambir, saya langsung segera masuk ke dalam keretanya. Saat itu, rangkaian KA Manahan ditarik oleh lokomotif CC 206 13 84 Dipo Induk YK (Yogyakarta). Rangkaian tersebut membawa 8 kereta eksekutif, 1 kereta makan, serta 1 kereta Priority. Waktu itu saya duduk di kereta Eksekutif-5, dengan nomor kereta yaitu K1 0 84 15 Dipo Induk ML atau Malang. Kereta yang saya tempati tersebut merupakan kereta dengan rangkaian kaca pesawat yang memiliki trainmark “F”, berat maksimal 40 ton, serta menggunakan bogie jenis K8.
Kereta diberangkatkan dari stasiun Gambir tepat pada pukul 10.30 WIB.
Selama perjalanan, menurutku untuk goncangan, suspensi dari kereta yang saya naiki bisa dibilang relatif cukup nyaman dan tidak segemblodak rangkaian kereta eksekutif new image. Kekedapan suara dalam area kabin kereta juga bisa dibilang masih dapat ditoleransi buat saya, dengan catatan pintu kabin keretanya tertutup rapat dan tidak terbuka. Untuk pendingin udara atau AC, entah kenapa menurut saya AC di kereta lawas seperti di KA Manahan ini justru berasa sedikit lebih dingin dibandingkan dengan kereta eksekutif stainless steel (SS). Adakah dari kalian merasakan hal yang sama saat naik kereta rangkaian jadul ini?
Hanya saja ada kelemahan utama dari rangkaian kereta tua ini yaitu pintunya yang masih manual, baik pintu masuk/keluar kereta maupun pintu ke area kabin keretanya. Untuk pintu kabin keretanya sendiri, terkadang suka terbuka sendiri walaupun sudah ditutup dengan rapat. Kekurangan lainnya yaitu kecepatan dari kereta ini yang hanya bisa digeber dengan kecepatan maksimal 100 km/jam.
Sekitar jam 13.00 siang, saya mencoba untuk beranjak dari tempat duduk ke kereta makan untuk makan siang. Saya sengaja mengulurkan waktu untuk makan siang karena kalau saya ke kereta makan tepat jam 12 siang, pasti bakal lebih ramai. Ternyata saat saya ke kereta makan jam 1 siang, suasananya masih ramai.
Untuk kereta makan, nomor keretanya yaitu M1 0 17 01. Kereta makan ini dilengkapi dengan beberapa tempat duduk, meja makan, serta ada juga mushola yang bisa digunakan penumpang. Sayangnya ada satu hal yang saya keluhkan dari kereta makan ini yaitu pendingin udara atau AC yang tidak bekerja dengan baik. Saat saya ke kereta makan, hawanya terasa jauh lebih panas, berasa seperti disauna. Bahkan saya sendiri sempat melihat sebagian kaca jendela di kereta makan dibiarkan terbuka karena saking panasnya di dalam kereta makan ini.
Kali itu, saya memesan salah satu menu makanan yang ada di kereta. Apa lagi kalau bukan Nasi Goreng Parahyangan. Harga Nasi Goreng Parahyangan ini sebesar Rp40.000 satunya. Nasi Goreng Parahyangan ini terdiri dari nasi goreng, daging ayam, telur ceplok, timun, sayuran, dan kerupuk udang. Kalau makan nasi goreng ini, dijamin kenyang banget dan gak bakal kelaparan di sepanjang perjalanan. Sebenarnya waktu itu saya ingin mengincar menu lainnya yaitu Baso Enak, sayangnya tidak tersedia di restorasi saat itu.
Sepanjang perjalanan, saya lebih banyak untuk mendokumentasikan perjalanan saya dalam bentuk video. Karena niatnya memang mau bikin video untuk YouTube atau TikTok sekaligus review KA Manahan ini. Momen yang paling ditunggu-tunggu adalah saat kereta melewati jembatan sungai Serayu, terowongan Ijo, Kebasen, hingga menikmati senja saat kereta melewati kawasan kelok Mertan.
Terkait okupansi penumpang KA Manahan, bisa dibilang okupansinya ramai banget sejak kereta diberangkatkan dari Jakarta. Terlebih lagi saat itu sedang libur panjang, jadi banyak orang yang memanfaatkan libur panjang untuk berwisata ke luar kota. Selama perjalanan, tidak banyak penumpang yang naik dan turun di stasiun Cirebon, Purwokerto, Kroya, hingga Kutoarjo. Namun saat kereta ini tiba di stasiun Yogyakarta, hampir semua penumpang di KA Manahan ini turun dan mengakhiri perjalanannya di stasiun Tugu Yogyakarta. Bisa dibilang KA Manahan ini ramai karena banyak orang yang ingin berwisata ke Jogja. Di kereta eksekutif 5 yang saya tumpangi, kereta yang awalnya tadi masih penuh, setelah tiba di Jogja tinggal tersisa sekitar 10-15% penumpang saja. Seketika itu pula kereta menjadi sepi.
Selepas stasiun Yogyakarta, langit mulai terlihat gelap dan tak banyak pemandangan yang bisa dilihat sepanjang sisa perjalanan menuju ke Solo. Kereta ini akhirnya tiba juga di Solo sekitar jam 18.33 WIB. Saat itu cuaca di kota Solo tengah hujan cukup lebat.
Untuk rekap ketepatan waktu ketibaan di stasiun tujuan dengan KA Manahan dari Gambir ke Solo Balapan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Stasiun | Jam Berangkat | Jam Tiba | Jadwal Tiba | Keterangan |
Gambir | 10.30 | N/A | N/A | – |
Cirebon | 13.11 | 13.13 | Awal 2 menit | |
Purwokerto | 15.06 | 15.11 | Awal 5 menit | |
Kroya | 15.41 | 15.39 | Lambat 2 menit | |
Kebumen | 16.17 | 16.16 | Lambat 1 menit | |
Kutoarjo | 16.40 | 16.40 | Tepat waktu | |
Yogyakarta | 17.31 | 17.34 | Awal 3 menit | |
Klaten | 18.01 | 18.02 | Awal 1 menit | |
Solo Balapan | 18.33 | 18.30 | Lambat 3 menit |
Perjalanan Pulang Menuju Jakarta
Untuk perjalanan pulang menuju Jakarta, lagi-lagi saya menggunakan KA Manahan keberangkatan pagi dan lagi-lagi saya mendapatkan kereta mild steel jadul. Tapi ada yang berbeda di perjalanan kali ini. Yaitu kereta yang saya naiki memiliki jendela dengan kaca lebar. Selain itu, lokomotif yang menarik rangkaian kereta ini juga bukan CC 206 lagi, melainkan CC 204 03 04 Dipo Induk Yogyakarta (YK).
Kali ini perjalanan saya dilakukan di hari Minggu, hari terakhir saya melakukan solotrip di kota Solo. Karena keesokan harinya saya harus kembali kerja di Jakarta.
Di kesempatan ini, saya naik di kereta eksekutif nomor 4. Kereta ini memiliki nomor K1 0 02 06 Dipo Induk Solo (SLO), dengan trainmark “E”, berat maksimal 40 ton dan menggunakan bogie dengan jenis K5.
Kereta berangkat dari stasiun Solo Balapan tepat pada pukul 09.45 WIB.
Pada perjalanan kali ini, saya memutuskan untuk membeli makan siang di restorasi lebih awal, mumpung penumpang yang naik dari Solo Balapan tidaklah banyak dan stok menu makanannya masih banyak. Waktu itu saya membeli makan siang setelah kereta berangkat dari stasiun Klaten. Adapun makan siang yang saya beli adalah nasi daun jeruk ikan dory, harganya sekitar Rp35.000-40.000 satunya.
Dari stasiun Solo Balapan, suasana kereta masih cenderung sepi dan masih banyak kursi yang kosong. Namun saat kereta ini tiba di stasiun Yogyakarta, kereta ini langsung tiba-tiba ramai dan penuh. Kursi penumpang yang pada awalnya masih kosong, seketika terisi penuh. Memang ya kereta yang lewat Jogja, terutama keretanya DAOP VI ini benar-benar jadi lumbungnya PT KAI, khususnya kereta penumpang.
Selepas kereta berangkat dari stasiun Yogyakarta, suasana dalam kereta menjadi lebih ramai. Dan setelah itu saya memutuskan untuk memakan nasi daun jeruk ikan dory yang telah saya pesan sebelumnya. Menurutku menu nasi yang satu ini termasuk salah satu yang saya rekomendasikan karena memang enak banget ikan dorynya. Dijamin kenyang banget sepanjang perjalanan. Tapi persediaan untuk menu nasi daun jeruk ikan dory ini jumlahnya terbatas dan tidak sebanyak nasi goreng Parahyangan.
Bicara soal kenyamanan sepanjang perjalanan, untuk kereta mild steel kaca lebar ini menurut saya kurang lebih tidak jauh beda dengan kereta mild steel kaca pesawat yang saya naiki sebelumnya. Tapi untuk AC atau pendingin udara justru di kereta kaca lebar ini relatif lebih berasa dingin dan sejuk ketimbang kereta yang saya naiki saat berangkat dari Gambir.
Adapun kekurangan pada kereta yang saya naiki saat pulang ini adalah perihal toiletnya yang lebih sempit dibandingkan dengan toilet di kereta yang saya naiki saat berangkat menuju ke Solo. Ruang gerak untuk bergeser ataupun berpindah posisi jauh lebih terbatas. Kekurangan lainnya yaitu pintu ke area kabin kereta yang masih bersifat manual dan kurang mengunci, sehingga terkadang pintu tersebut suka membuka sendiri walaupun sudah ditutup rapat.
Sepanjang perjalanan pulang kali ini, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik dari smartphone saya saja, sambil menikmati pemandangan alam di daerah sekitar, mumpung cuacanya saat itu cerah.
Memasuki area DAOP I, penumpang KA Manahan mulai ada yang turun saat kereta tiba di stasiun Cikarang. Penumpang yang turun lebih banyak lagi saat kereta ini tiba di stasiun Jatinegara dan Gambir.
KA Manahan yang saya naiki ini akhirnya tiba dengan selamat di stasiun Gambir pada pukul 18.02 WIB, atau satu menit lebih awal dari jadwal.
Untuk rekap ketepatan waktu ketibaan di stasiun tujuan dengan KA Manahan dari Solo Balapan ke Gambir ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Stasiun | Jam Berangkat | Jam Tiba | Jadwal Tiba | Keterangan |
Solo Balapan | 09.45 | N/A | N/A | – |
Klaten | 10.11 | 10.08 | Lambat 3 menit | |
Yogyakarta | 10.35 | 10.34 | Lambat 1 menit | |
Kutoarjo | 11.25 | 11.28 | Awal 3 menit | |
Kebumen | Ls | Ls | Ls | Ls (langsung) |
Kroya | 12.25 | 12.26 | Awal 1 menit | |
Purwokerto | 12.50 | 12.51 | Awal 1 menit | |
Cirebon | 14.52 | 14.55 | Awal 3 menit | |
Cikarang | 17.15 | 17.17 | Awal 2 menit | |
Jatinegara | 17.47 | 17.46 | Lambat 1 menit | |
Gambir | 18.02 | 18.03 | Awal 1 menit |
Worth It?
Dari sekian banyaknya opsi kereta api yang memiliki tujuan ke Solo, menurut saya KA Manahan ini bisa dijadikan sebagai salah satu opsi untuk bepergian ke kota Solo dengan kereta api secara nyaman dan dengan tarif yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan kereta argo lainnya.
Jika dibandingkan dengan kereta kelas eksekutif keberangkatan dari Gambir lainnya seperti Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Semeru, Gajayana, hingga Bima, tarif KA Manahan memiliki tarif yang lebih rendah dibandingkan dengan kereta lain yang saya sebutkan sebelumnya.
Tapi kalau dibandingkan dengan kereta Solo lainnya dengan pemberangkatan dari stasiun Pasar Senen seperti Mataram, Senja Utama Solo, dan Bangunkarta, tarif KA Manahan lebih mahal dibandingkan dengan kereta pemberangkatan dari Pasar Senen tersebut.
Dengan harga dan fasilitas yang ada saat ini, bisa dikatakan KA Manahan ini cukup sepadan dan bisa dibilang worth it. Mungkin kedepannya kereta ini lebih baik jadwalnya dipermanenkan layaknya kereta dengan perjalanan regular, bukan lagi kereta fakultatif. Mengingat demand pengguna kereta api khususnya yang bertujuan ke Jogja sangat tinggi dan selalu ramai setiap akhir pekan. Lalu untuk rangkaian keretanya, mungkin kedepannya rangkaian kereta yang dipakai bisa di-upgrade ke rangkaian stainless steel yang lebih nyaman.
Dari segi jadwalnya, jamnya juga pas dan cocok banget untuk melakukan perjalanan ke luar kota seperti ke Jogja ataupun ke kota Solo. Berangkat dari stasiun awal di pagi hari, dan sampai di stasiun tujuan akhir saat sore hari, tapi tidak terlalu malam seperti kereta kelas eksekutif kebanyakan.
Nah, sekian review dari saya mengenai KA Manahan ini. Adakah dari kalian yang pernah naik kereta ini menuju ke Solo? Tulis di kolom komentar yah.
Terimakasih banyak sudah membaca konten ini.